JIKA buka Mbah Google, cukup banyak daftar wanita tewas dicekik suami. Terakhir Nita Jong, warga Kalideres, Jakbar. Perilaku Tomy Ong, 59, ini antitesa Orde Baru. Di masa itu, aktivis yang nyinyir pada pemerintah bisa diculik. Tapi jaman now, istri yang nyinyir pada suami sebagaimana Ny. Nita Jong, harus tewas gara-gara dicekik.
Mengapa orang bisa mati dicekik? Karena leher menjadi tempat dan jalur utama saluran pernapasan. Ketika saluran pernapasan ditutup paksa, otomatis oksigen tak bisa masuk ke paru-paru untuk didistribusikan ke darah. Pemilik leher itupun akan mati lemas karenanya.
Bila membuka sejenak Mbah Google di internet, cukup banyak daftar kekejaman suami atas istrinya, membunuh dengan cara mencekik. Terakhir adalah Ny. Nita Jong, 55, warga Kalideres, Jakbar. Masalahnya sepele, dia terlalu nyinyir pada suaminya, Tomy Saputro Ong, yang suka berutang ke sana kemari. Padahal sumber ekonomoinya si Nita Jong sendiri, berdasarkan suply dari keluarga besarnya.
Nita sendiri memang hanya ibu rumahtangga biasa, sementara Tomy Ong juga tidak punya penghasilan, karena nganggur. Celakanya, Tomy Ong yang tak punya kekayaan macam Tommy Soeharto, keinginannya macam-macam, sampai harus ngutang sana sini. Karena itulah Nita Jong suka ngomel dan nyinyir pada suaminya.
Ini persis kaum oposisi dalam dunia politik. Apapun kebijakan negara dinyinyiri melulu. Rupanya Ny. Nita Jong juga seperti itu. Tomy Ong yang suka berutang di luar sering diomeli. Lama-lama Tomy Ong merasa risih dan malu sama tetangga, karena istri berisik terus.
Jaman Orde Baru, aktivis yang suka nyinyir pada pemerintah, diselesaikan lewat operasi culik-menculik. Jaman now, Tomy Ong mencoba memodifikasi cara-cara Orba tersebut. Istrinya yang suka nyinyir terus-terusan, diselesaikan dengan cara …..dicekik.
Hanya butuh waktu 15 menit Tomy Ong mengeksekusi istrinya. Tapi akhirnya dia bingung sendiri, mayat dibawa puter kayun, dari Jakarta – Surabaya – Indramayu – Bandung, dan baru dibuang ke kebun karet milik PTPN VIII, Kabupaten Subang. Namun pada akhirnya Tomy Ong berhasil ditangkap polisi Subang.
Dilihat dari penampilannya, wajah Tomy Ong lumayan tekor. Usia belum kepala enam, tapi penampilan seperti 70 tahun. Mestinya dalam usia yang terus merambat menuju finish, dia bisa menjadi kakek yang penyabar, tidak emosian. Jika Tomy Ong sedikit bisa mengontrol emosinya, tak perlu dia masuk penjara, dan tak perlu pula istrinya begitu cepat masuk liar kubur. – gunarso ts