Thursday, 05 December 2019

Gerindra Sebut ‘Penumpang Gelap’ Kecewa pada Prabowo

Jumat, 9 Agustus 2019 — 23:33 WIB
Sufmi Dasco Ahmad, Wakil Ketua DPR RI.

Sufmi Dasco Ahmad, Wakil Ketua DPR RI.

JAKARTA – Kalangan Partai Gerindra menyebut ada ‘penumpang gelap’ yang sempat ikut dalam barisan dan mati-matian mendukung Prabowo Subianto dalam Pilpres 2019, untuk kepentingan mereka. Namun, kini penumpang gelap itu  mulai menjauh dari Prabowo dan melepaskan dukungan.

Ihwal npenumpang gelap itu disampaikan oleh Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, di Jakarta Pusat, Jumat (9/8/2019).  Menurut Dasco, Prabowo kemudian mengambil tindakan karena sadar telah dimanfaatkan.

“Soal penumpang gelap, bukan karena kita singkirkan. Prabowo jenderal perang, bos, dia bilang sama kita ‘kalau diadu terus, terus dikorbankan, saya akan ambil tindakan’. Enggak terduga dia banting setir dan orang-orang itu gigit jari,” kata Dasco.

Namun, Dasco enggan menjelaskan secara detail siapa yang dimaksud ‘penumpang gelap’ itu. Dia hanya menjelaskan para ‘penumpang gelap’ ini disebut kecewa atas tindakan Prabowo yang melarang pendukungnya berdemo ke Mahkamah Konstitusi (MK) saat sidang sengketa Pilpres 2019.

“Pertama, di MK. Itu tidak disangka dan diduga Prabowo akan umumkan ke pendukungnya untuk tidak melakukan demo, nggak datang ke MK agar nggak terjadi hal-hal nggak diinginkan. Itu di luar banyak dugaan orang itu namanya penumpang gelap,” sebut Dasco.

Menurut Dasco,  setelah sidang MK itu pun masih ada orang yang berusaha menghasut Prabowo. Ia  menyebut orang itu ingin Prabowo mengorbankan para ulama dan emak-emak.

“Sesudah MK masih ada tuh, ada yang ngomong sama Prabowo, ‘Pak, kalau mau rakyat marah, ulama dan emak-emak disuruh ke depan biar jadi korban rakyat marah.’ Prabowo pikir, ‘Emang gue bodoh? Kan kasihan emak-emak, ulama mau dikorbankan,'” ungkapnya.

Lantas, menurut Dasco, Prabowo merancang tindakan yang semakin membuat para ‘penumpang gelap’ itu gigit jari dan kecewa. Tindakan yang dimaksud Dasco adalah pertemuan dengan Presiden Jokowi di Stasiun MRT.

Dan pertemuan itu terwujud, yang dimaksudkan untuk kepentingan NKRI. “Untuk keutuhan NKRI, bukan mau minta menteri. Dirancanglah pertemuan rekonsiliasi secara diam-diam, senyap, tiba-tiba untuk persatuan bangsa ketemulah dua tokoh itu di MRT,” ujar Ketua Mahkamah Kehormatan Dewan di DPR itu. (win)