Thursday, 05 December 2019

Warga Hidup dari Ceceran Beras

Jumat, 16 Agustus 2019 — 7:18 WIB
Beras. (dok)

Beras. (dok)

JAKARTA – Besok, Sabtu (17/8/2019), Indonesia tepat berusia 74 tahun. Di usia yang sangat matang, kemiskinan masih membekap kehidupan warga, termasuk di Jakarta.

Potret ini memprihatinkan. Di tengah sumber daya alam melimpah dan negeri yang dahulu digadang-gadang sebagai lumbung padi, ternyata banyak warga yang masih hidup di bawah garis kemiskinan.

Bukan hanya di pelosok nusantara, tetapi masalah sosial ini banyak dialami warga ibukota. Sesuai dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta, sebanyak 372.260 warga ibukota melarat.

Ekonomi yang pas-pasan membuat warga melakukan apapun untuk melanjutkan hidupnya. Termasuk hidup dengam mengais ceceran beras di pasar, contohnya Kusni (73).

Di usia senjanya, Kusni setiap hari harus menyusuri Pasar Induk Beras, Cipinang, Pulogadung, Jakarta Timur. “Saya sudah melakoni ini sejak tahun 2000. Tepatnya, setelah suami saya meninggal dunia. Cuma ini yang saya bisa lakukan untuk bertahan hidup,” tutur Kusni saat ditemui Pos Kota, Kamis (15/8/2019).

Tak banyak yang Kusni peroleh dari upayanya itu. Mulai dari siang sampai malam hari, hanya 3 liter sampai 5 liter ceceran beras yang bisa dikumpulkan.

Beras-beras itu oleh Kusni dibersihkan sebelum dijual. “Setiap liternya saya jual Rp3 ribu. Biasanya saya jual ke tetangga rumah,” ucapnya. “Ya beginiah hidup saya.”

Dari penghasilan Rp15 ribu sehari, Kusni masih harus menyisihkan untuk membayar listrik rumahnya sebesar Rp50 setiap bulan. “Biasanya kalau sudah dapat uang buat bayar listrik sudah tenang,” ” terangnya.

Meski hidup melarat, tetapi Kusni bersyukur. Hampir 19 tahun berada di Pasar Induk Beras Cipinang, membuat hampir semua penghuni pasar kenal.

Dari hal itu, biasanya ia dimanfaatkan para kuli panggul untuk memakai jasanya. “Biasanya kuli angkut pada minta dikerik, ada juga yang punya toko menyuruh menyapu. Uang yang didapat itu digunakan untuk makan sehari-hari,” terangnya.

Nenek lima cucu itu mengaku, saat ini ia bekerja sebagai pemungut beras bersama anak keduanya. Meski sang anak kerap memintanya untuk tetap di rumah, tetapi dia mengaku bosan.

“Mendingan di sini. Ya, sejelek-jeleknya pulang dari pasar Induk sedikit-dikit bisa bawa uang,” ujarnya.

Siapkan Program

Kusni tidak sendiri hidup dalam kemiskinan. BPS DKI Jakarta mencatat sebanyak 372.260 warga ibukota mengalami nasib yang sama alias hidup melarat.

Mengatasi adanya warga hidup melarat, Gubernur Anies Baswedan mengaku berbagai program telah digulirkan.

Program-program itu antara lain KJP Plus, One Kelurahan Outstanding Care (OK OCare), subsidi pangan, One Karcis One Trip (OK OTrip), menyediaan perumahan, dan One Kecamatan One Center of Entrepreneurship (OK OCE) di 44 kecamatan.

Anies mengatakan, membutuhkan kerjakeras dan kesungguhan untuk mensejahterakan warga Jakarta. “Pemprov DKI Jakarta menyadari bahwa diperlukan upaya kolaborasi yang tidak business as usual untuk mengatasi kemiskinan yang relatif stagnan di level 3,7 persen dalam beberapa tahun terakhir ini,” katanya.

Sementara itu, Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, M.Taufik mengklaim Dewan turut membantu gubernur dalam upaya menurunkan angka kemiskinan di ibukota.

“Kami membantu dengan cara mendukung penganggaran dan pengawasannya agar program yang diterapkan tepat sasaran,” jelasnya. (ifand/john/ruh/st)