SERANG – Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Serang mencatat selama periode tanam April – September 2019 sudah ada 4.083,5 hektare lahan pertanian yang terdampak kekeringan.
Dari jumlah tersebut 168 hektare diantaranya sudah mengalami puso atau gagal panen.
“Sampai September ini luasan tanaman puso mencapai 168 hektare. Usianya rata-rata diatas satu bulan, jadi itu memang dulu yang telat tanam. Ini kan dulu periode Juli tanamnya, akhirnya banyak yang kena,” ujar Kepala Distan Kabupaten Serang Dadang Hermawan kepada wartawan.
Dadang menjelaskan berdasarkan data hasil pengamatan Dinas Pertanian Kabupaten Serang, total lahan kekeringan sebanyak 4.083,5 hektare. Rinciannya, rusak ringan 2.420 hektare, rusak sedang 921 hektare, rusak berat 575 hektare dan puso 168 hektare. Daerah terbanyak berada di Kecamatan Carenang dengan 913 hektare, Kramatwatu 585 hektare, Ciruas 507 hektare, dan Tanara 445 hektare.
“Kebanyakan wilayah yang terkena puso ada di Pantai Utara (Pantura). Sebab mereka menggunakan saluran induk Pamarayan Barat yang saat ini masih dilakukan penutupan akibat rehab,” jelasnya.
Dadang mengatakan, sebelumnya para petani sudah ada kesepakatan jadwal tanam. Akan tetapi ternyata pasca lebaran idul fitri para petani rehat tanam, padahal saat itu air sudah tersedia. “Makanya kita ikuti, kalau yang enggak terlambat, panen bagus, harga bagus,” katanya.
Bagi mereka yang gagal panen atau puso dan sudah masuk program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP), akan dikoordinasikan dengan Jasindo untuk mendapatkan penggantian Rp 6 juta per hektare.
“Kalau enggak (ikut AUTP) hanya bantuan benih saja. Bantuan benih tergantung luas areal 25 kilogram per hektare standarnya, nanti yang kena berapa kita kalkulasi,” ucapnya.
Mengingat musim kemarau dan rehab irigasi bendungan pamarayan yang masih berlanjut, kemungkinan besar lahan puso masih akan terus bertambah.
“Kan serangan itu ada yang berat, ringan dan sedang. Kalau yang berat tidak ada air, maka bisa kena puso. Untuk menyatakan puso ada SOP, siapa tahu diperjalanan ada air, kalau yang 168 hektare sudah dinyatakan puso,” tuturnya.
Disinggung soal produktivitas padi selama musim kemarau, Dadang mengatakan, sebenarnya saat ini bagi yang tidak terdampak kekeringan produktivitasnya baik. Terlebih harga jual gabah pun sudah diatas Rp 5 ribu. “Karena dimanapun yang panen berkurang jadi harga bagus,” katanya. (haryono/tri)