Thursday, 05 December 2019

Pemerintah Perlu Jurus Baru Atasi Dampak Ekonomi Global

Sabtu, 28 September 2019 — 16:36 WIB
Onny Wijarnako, Direktur Eksekutif Komunikasi Bank Indonesia.

Onny Wijarnako, Direktur Eksekutif Komunikasi Bank Indonesia.

JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mengungkap melambatnya ekonomi global. Ini berdampak terhadap perekonomian nasional.

“Dengan pertumbuhan ekonomi kita melandai. Masih ada prospek naik, tapi nggak strong,” kata Direktur eksekutif Departemen Komunikasi BI, Onny Widjanarko, Sabtu (28/9/2019).

Tahun ini, ekonomi Indonesia ditargetkan tumbuh 5,1-5,4 persen. Untuk mengejar target ini, ia mengungkap masih perlu kerja keras. Sebab faktor pendongkrak pertumbuhan ekonominya juga tak terlalu kuat.

Misal konsumsi memang masih di 5 persen, namun investasi menurun. Ini tidak kuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Demikian pula investasi asing juga melambat, bahkan menurun. Pertumbuhan investasi di triwulan II-2019 diperkirakan belum kuat, khususnya investasi non bangunan.

Kinerja ekspor, menurut Onny, belum membaik, seiring menurunnya permintaan global dan harga komoditas menurun. Karena itu, pemerintah mencari ‘jurus baru’ penggerak ekonomi. Salah satunya melalui sektor pariwisata.



Ia mengungkap rata-rata belanja wisata masyarakat Indonesia per tahun mencapai Rp19,5 triliun dengan pertumbuhan sebesar 5,08 persen. Angka tersebut menunjukkan bahwa potensi sektor pariwisata menyumbang pertumbuhan ekonomi nasional cukup besar.

Mengenai melambatnya pertumbuhan ekonomi dan volume perdagangan global akibat perang dagang Amerika Serikat (AS)-China dan Brexit, ia mengaku memberi sedikit keuntungan bagi negara berkembang, seperti Indonesia.

Tak sedikit modal asing yang ada di negara maju ‘kabur’ ke negara berkembang. Ini diprediksi karena adanya ketidakstabilan, akibat fenomena ekonomi global tersebut.

Di Amerika Serikat (AS) misalnya, ada indeks economy policy yang menunjukkan ketidakpastian. Buntutnya, likuiditas global yang tertanam di AS ‘bersiap-siap kabur’ ke negara berkembang saat ada gejolak ekonomi. (bi/yp)