Thursday, 12 December 2019

Ponpes La-Tansa Lebak Gelar Deklarasi Penyelamatan Lingkungan Hidup

Sabtu, 28 September 2019 — 20:46 WIB
Tokoh Ponpes La Tansa, musisi Sam Bimbo, Ully Sigar Rusady, dan pejabat baca ikrar Penyelamatan Lingkungan Hidup. (ali)

Tokoh Ponpes La Tansa, musisi Sam Bimbo, Ully Sigar Rusady, dan pejabat baca ikrar Penyelamatan Lingkungan Hidup. (ali)

RANGKASBITUNG  –  Gelaran kegiatan Stadium General dan Deklarasi Nasional dengan tema “Penyelamatan Lingkungan Hidup” yang berlangsung di Aula La Tansa Mashiro, Rangkasbitung, Lebak Banten, Jumat (27/9/2019) berjalan sukses.

Kegiatan nasional yang diinisiasi pimpinan Ponpes La Tansa, Dr Sholeh, MM,  tersebut menghadirkan ketua umum ICMI Prof DR Jimly Assidiqie,  serta para tokoh, selebritis, pejabat beberapa Kementerian, pemerintah daerah setempat dan ratusan mahasiswa. Menurut Sholeh, keseimbangan ekologis sekarang ini mulai rusak.

“Padahal kita sebagai manusia punya kewajiban untuk menjaga keseimbangan ekologis yang sudah diciptakan sejak Nabi Adam. Namun apa yang kita lihat sekarang ini, fakta sudah terjadi kerusakan alam. Maka manusia yang harus bertanggungjawab. Perguruan tinggi La Tansa mengajak mahasiswa mahasiswi harus peduli terhadap lingkungan. Kami berupaya menjadi ujung tombak dalam menjaga lingkungan dengan menanam sejuta pohon,” ujarnya.

Sedang Prof Dr Jimly mengingatkan, kerusakan alam sudah menuju keparahan. Mantan ketua MK tersebut memberi contoh, di Jambi pada siang hari berubah menjadi gelap seolah-olah malam akibat asap dari pembakaran hutan.

“Ini adalah gerakan yang sangat mulia. Saat ini masalah lingkungan hidup kita sangat serius. Di atas tanah ada gunung berapi dan di bawah laut ada patahan. Benua Atlantik itu adalah Indonesia yang masih menyatu sebagai daratan yang luas. Warna lautnya biru muda karena lautnya dangkal dan pernah hidup bangsa besar, pernah ada peradaban besar di tanah air kita ini. Sejarah Indonesia paling lama dengan struktur alamnya yang ringkih. Dari itu mari kita rawat sebaik baiknya. Kita jangan menjadi sumber malapetaka manusia dengan merusak alam, ” tandasnya.

Sementara itu jumlah hewan liar terbanyak di dunia adalah di Indonesia, namun ironisnya sekaligus sebagai tempat terbanyak musnahnya hewan liar.

“Karena kita tidak bersahabat dengan alam. Kita memusuhi hewan. Oleh karena itu reorientasi beragama berbangsa menjadi rahmat alam. Sesama manusia, sesama bangsa, hewan dan juga lingkungan harus saling menyayangi, menjaga dan merawatnya untuk keseimbangan,” jelas Jimly.

Di dalam UUD 45, rakyat mendapat hak untuk kehidupan yang sehat. “Sekarang pimpinan pemerintahan semua sibuk menghadiri dan membahas tentang perubahan iklim. Indonesia jantungnya dunia, karena itu jika rusak alam indonesia, maka rusak juga lah dunia. Untuk itulah kesadaran konstitusi hijau harus disosialisasikan agar kesadaran menjaga alam tidak dirusak demi keselamatan alam dan tentunya manusia.Jadi, animal right dan natural right sudah mendunia. Bahkan harus kita teruskan ke seluruh gerakan ini bukan hanya pidato. Intinya semua kebijakan UU harus tunduk pada green constitution,”  tandasnya.

Dalam kesempatan tersebut artis musisi Sam Bimbo tampil menyanyikan lagu Sajadah Panjang dan Bumiku Nusantara.

Menurut Raja Asdi, perwakilan elemen masyarakat Kegiatan Lintas Budaya Bersatu Merawat Lingkungan Hidup Bumi Pertiwi, kegiatan tersebut akan digelar selama 6 minggu yang dibagi menjadi 6 sesi kegiatan, mulai pentas seni, deklarasi, penanaman sejuta pohon dan lainnya.(ali/win)