Thursday, 05 December 2019

Tiru Ibunya 22 Tahun Lalu, Pangeran Harry Menyusuri Ladang Ranjau di Anggola

Minggu, 29 September 2019 — 12:36 WIB
Pangeran Harry saat meninjau ladang ranjau di Anggola.(reuters)

Pangeran Harry saat meninjau ladang ranjau di Anggola.(reuters)

ANGGOLA – Pangeran Harry berjalan kaki di ladang ranjau yang belum dibersihkan sepenuhnya di Angola untuk menggarisbawahi ancaman ranjau.

22 tahun  lalu,  ibunya Diana, Princess of Wales, melakukan hal yang sama.

Pria bergelar kebangsawanan Duke of Sussex itu memakai rompi pelindung saat berjalan melalui bekas markas artileri di kota Dirico, Angola tenggara.

Dia juga melakukan ledakan terkontrol untuk menghancurkan ranjau.

Putri Diana menjadi perhatian dunia pada tahun 1997 saat dirinya berjalan melalui lapangan ranjau yang masih aktif di negara itu.

Putri Diana didampingi organisasi kemanusiaan pembersihan ranjau darat Inggris, Halo Trust saat mengunjungi Huambo, Angola tengah. Badan ini yang juga membawa Harry ke lapangan ranjau di dekat Dirico.

Pasukan anti-pemerintah menaruh ranjau di Dirico pada tahun 2000 saat bergerak mundur meninggalkan markas mereka.

Pada tahun 2005, anak perempuan berumur 13 tahun kehilangan satu kakinya karena menginjak ranjau di daerah tersebut.

ranjau                                                                                     Pangeran Harry saat berjalan di ladang ranjau.(reuters)

Staf Halo Trust bekerja untuk mengamankan daerah tersebut sejak bulan Agustus dan berharap tempat itu akan bersih dari ranjau pada akhir bulan Oktober.

Pangeran Harry diberi tahu untuk tidak berjalan di jalur yang belum dibersihkan, menyentuh sesuatu atau berlari.

Dalam pidatonya, Harry mengatakan Halo Trust telah membantu masyarakat “menemukan perdamaian”.

“Ranjau darat adalah luka perang yang tidak sembuh. Dengan membersihkan ranjau darat kita dapat membantu komunitas ini menemukan perdamaian, dan dengan begitu muncul berbagai kemungkinan lainnya,” katanya.

“Tambahan lagi, kita dapat melindungi kehidupan alam yang beragam dan unik, yang menggantungkan diri pada sungai Kuito yang indah, di samping tempat tidur saya kemarin malam.”

Pangeran mendesak adanya usaha internasional untuk membersihkan ranjau darat dari Okavango, di pegunungan Angola, dimana senjata tersebut ditinggalkan 17 tahun setelah berakhirnya perang saudara.

Konflik dari tahun 1975 sampai 2002 tersebut membuat Angola menjadi salah satu tempat paling banyak ranjau di dunia, sekitar 1.200 lapangan, menurut Halo Trust.

Organisasi tersebut menyatakan, telah melumpuhkan sekitar 100.000 ranjau sejak tahun 1994, tetapi nyaris tidak mungkin untuk mengetahui seberapa banyak yang tersisa.

Terdapat dua jenis utama ranjau: ranjau darat anti-manusia yang bertujuan membunuh atau mencederai orang, dan ranjau anti-tank, yang dirancang untuk merusak kendaraan.

Penempatan secara acak bahan peledak menjadi bagian dari strategi militer di tahun 1960-an.

Sekitar 50 tahun kemudian, sekitar 60 negara dan wilayah masih memiliki ranjau anti-manusia.

Lebih dari 120.000 orang meninggal atau terluka karena ranjau darat dari tahun 1999-2007, menurut penelitian Landmine Monitor.

Warga sipil merupakan 87% dari jumlah korban, hampir setengahnya adalah anak-anak.

Camille Wallen, direktur strategi Halo Trust mengatakan kunjungan Pangeran Harry “benar-benar merupakan sebuah momen penting”.

“Seperti yang kita saksikan di tahun 1997, Putri Diana benar-benar meningkatkan kesadaran terkait dengan isu ranjau darat dan nasib orang-orang yang hidup dengan ranjau darat setiap hari,” katanya kepada BBC.(tri)