Wednesday, 11 December 2019

Halo Gubernur Anies, Warganya Kekurangan Air Nih

Senin, 30 September 2019 — 8:37 WIB
Warga RW 09 Kampung Maja Kelurahan Pegadungan, Kecamatan Kalideres memgantre air bersih yang disuplai Pemko Jakbar bekerja sama dengan PAM Jaya. (rachmi)

Warga RW 09 Kampung Maja Kelurahan Pegadungan, Kecamatan Kalideres memgantre air bersih yang disuplai Pemko Jakbar bekerja sama dengan PAM Jaya. (rachmi)

JAKARTA – Bencana tampaknya tak pernah lepas dari ibukota. Hujan kebanjiran, kemarau kekeringan. Di tengah kemegahan Jakarta, air bersih masih menjadi barang yang mahal bagi sebagian warganya.

Setidaknya hal itu dirasakan warga di RW 09 Kelurahan Pegadungan, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat. Belasan tahun hidup mengandalkan air tanah, mereka kerap mengalami krisis air saat kemarai melanda. Bukan hanya menguras kantong lantaran harus membeli air pikulan, namun penggunaan air tanah membuat mereka rentan terkena penyakit.

“Sejak 15 tahun lalu kami berkali-kali mengusulkan agar dibuat  jaringan dan instalasi air bersih dari PDAM, tapi sampai sekarang belum juga dipenuhi,” keluh Ketua RW 09 Kelurahan Pegadungan, Abdul Rozak Jakaria, Minggu (29/9/2019).

Kondisi ini kian menyiksa saat musim kemarau tiba seperti sekarang ini. Kemarau yang telah melanda hampir 5 bulan membuat air sumur mereka kering. Sekalipun dapat digunakan airnya keruh dan asin.



Akibatnya wargapun harus membeli air pikulan yang harga lebih mahal dibanding saat musim hujan. “Pedagang air memanfaatkan kondisi ini dengan menaikkan harga air. Satu dirigen yang biasanya Rp5 ribu menjadi Rp8 ribu. Jelas ini memberatkan kondisi ekonomi keluarga,” imbuhnya.

Karenanya untuk menghemat, diungkapkan Rozak banyak warga yang mengalah tidak mandi. “Air yang diutamakan untuk masak dan minum. Sedangkan untuk mandi kadang warga terpaksa mengalah dua atau tiga hari sekali baru bisa mandi,” ungkapnya.

Karenanya iapun berharap, Gubernur Anies dapat melihat kondisi warganya. “Pak Anies, tolong lihat kesulitan kami. Kami krisis air bertahun-tahun tapi tidak juga ditanggapi. Kapan kami terlayani air pipa,” keluhnya.

Lebih lanjut Rozak mengakui sejak lima bulan kekeringan baru sepekan terakhir  ini ada pasokan air bersih dari PDAM. Setiap hari 2-3 tangki air, per tangki berisi 4 ribu liter air. Namun hal itu dikatakan Rozak tidaklah cukup memenuhi kebutuhan warga di RW 09 Kelurahan Pegadungan yang berjumlah sekitar 5 ribuan jiwa yang tersevar di 8 RT.

Sementara itu Lurah Pegadungan, Sulastri menjelaskan warganya tersebar di 20 RW. Dari jumlah tersebut, 11 RW belum ada instalasi pipa  PD PAM Jaya dan sisanya sudah tersedia. “Sejak musim kemarau ini, kawasan di Kelurahan Pegadungan  yang kekeringan di RW 02 dan RW 09 karena belum terlayani jjaringan pipa air bersih,” jelas Sulastri.

tangki pam jaya-(deny)

Pasokan air bersih diberikan kepada warga Pejagalan, Jakarta Utara yang mulai terdampak kemarau panjang. (deny)

 

Pipis Bocah

Kondisi yang tidak jauh berbeda dialami warga RW13, Pejagalan, Penjaringan, Jakarta Utara. “Iya ini sudah seminggu belakangan pasokan air bersih kurang, apalagi pada malam hari. Air ngucurnya kecil, besaran juga pipis bocah,” seloroh Ny.Yuni, 31, salah satu warga Pejagalan.

Camat Penjaringan, Muhammad Andri mengatakan, warganya yang ada di RW13, Pejagalan, tersebut telah menggunakan air PAM (Perusahaan Air Minum). Meski demikian, kemarau panjang yang terjadi mengakibatkan tekanan air menurun dan pasokan ke rumah-rumah warga pun kecil. “Pejagalan sudah ada jaringan PAM, cuma tekannya yang bermasalah. Artinya kecil,” ujar Andri, saat dikonfirmasi secara terpisah.

Meski demikian, sambungnya, untuk dapat memenuhi pasokan air bersih di lokasi tersebut, pihak Palyja sebagai operator PAM Jaya saat ini telah memberi bantuan tanki air dan tandon air. Alat penampungan air tersebut, diletakan di 2 titik yang ada di RW13, Kelurahan Pejagalan.

“Jadi dalam sehari itu, pihak Palyja memberikan bantuan pasokan air bersih 1 truk air tanki dengan ukuran kapasitas air lima ribu liter,” ungkapnya. (rachmi/deny/ruh)