LAHIR dari keturunan pamong dan sebagian kerabat berprofesi sebagai hakim, sempat membuat hati Hj. Nur’aini Silviana, MSi kepincut ingin menjadi hakim. Namun roda hidup menentukan lain. Silvi, panggilan akrab Nuraini Silviana mendedikasikan dirinya di Pemprov DKI Jakarta mulai tahun 1987. Dan sejak 2017 hingga sekarang bertugas sebagai Kepala Suku Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan (KUKMP) Jakarta Barat (Jakbar).
“Saat saya remaja, saya sangat senang dan bangga melihat hakim perempuan bisa mengeluarkan keputusan yang benar dan adil. Makanya saya tertarik ingin menjadi hakim yang benar-benar bisa bertindak adil,” kenang Silvi saat bincang-bincang dengan Pos Kota, baru-baru ini.
Untuk mewujudkan cita-citanya sebagai hakim, Silvi semula ingin kuliah di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret. Namun kandas. Ia lalu banting stir dengan mendaftar di Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) pada Jurusan Hubungan Masyarakat (Humas) di Universitas Beragama Moestopo di Jakarta.
Sebelumnya perempuan energik asal Lampung ini sempat kuliah extension di ASMI, lalu bekerja sebagai sekretaris di perusahaan swasta. Pada saat bersamaan, Silvi lolos tes masuk penerimaan pegawai di Departemen Penerangan (Deppen).
“Atas saran orangtua maupun panggilan jiwa, saya mundur dari sekretaris dan mantap hati untuk bekerja di Deppen,” jelas ibu dari tiga anak ini.
Sejak menjadi CPNS pada 1986, Silvi ditempatkan di kantor Walikota Jakbar bertugas sebagai Juru Penerang (Jupen) di bagian Deppenko.
Tiga tahun setelah diangkat resmi sebagai PNS, tepatnya pada 1990 ia menjadi Jupen Teladan tingkat Nasional mewakili DKI Jakarta. Silvi berhasil mengungguli Jupen terbaik dari 26 provinsi. Atas kesuksesan itu, ia memperoleh mesin tik canggih dan berbagai hadiah menarik lainnya.
“Sempat grogi dan sungguh suatu suprise saat menerima piala dan piagam penghargaan sebagai Jupen Teladan Nasional yang diserahkan langsung oleh pak Harto (Presiden Soeharto),” ujar pemilik zodiak Sagitarius ini sumringah.
Kepiawaiannya dalam berkomunikasi dan bertindak sebagai Jupen, makin terasah setelah menyelesaikan kuliah S1 di Moestopo. Kariernya pun mulai melesat pasca diperbantukan di Bagian Protokol Pemkot Jakbar hingga 2009.
Permasalahan Wilayah
Dua tahun bertugas sebagai Kepala Seksi Ekonomi Kecamatan Grogol Petamburan (Gropet), perempuan yang hobi masak dan apik menjaga penampilan ini dipercaya Gubernur DKI Jakarta sebagai Lurah Kedoya Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakbar pada 2012-2014. Jabatan tersebut ibarat meneruskan tradisi pamong di keluarga besar Silvi. Pada 2012 ia pun menamatkan pendidikan S2 jurusan Administrasi Pemerintahan di STIA Mandala.
“Sebagai pamong, saya makin bersentuhan langsung dengan masyarakat dan mengetahui permasalahan wilayah untuk dicari solusi terbaik, seraya menggali potensi wilayah agar warga sejahtera,” tandas nenek satu cucu ini.
Karier Silvi di Pemprov DKI Jakarta kian moncer sebagai Sekretaris Camat di Kecamatan Gropet selama delapan bulan dan tiga bulan bertugas sebagai Wakil Camat di tempat yang sama. Selepas tugas sebagai Kepala Bagian Kesejahteraan Sosial Walkot Jakbar, alumni SMAN 16 Jakbar ini pada 2017 hingga sekarang mendapat amanah sebagai Kasudin KUKMP Jakbar untuk membina ribuan pedagang binaan sudin tersebut.
PELAKU USAHA KECIL
Ia menjelaskan tahun ini pihaknya menargetkan 8.000 pelaku usaha kecil menengah (UKM) yang merupakan binaan Sudin KUKMP Jakbar dari delapan kecamatan digembleng melalui program Pengembangan Kewirausahaan Terpadu (PKT) dengan berbagai jenis usaha mulai kuliner, kerajinan tangan dan lainnya.
Tujuannya agar mereka bisa eksis, mandiri, mampu merekrut karyawan supaya mengurangi tingkat pengangguran. Hingga September, sekitar 5 ribu peserta telah mengikuti PKT dari berbagai tahapan. Dari jumlah itu sebagian peserta sudah memiliki Izin Usaha Mikro Kecil (IUMK), dibantu pemasaran produk antara lain melalui Pop Up Market dan Night Market hingga bantuan modal dari perbankan.
Meski sibuk dengan seabrek tugas, tapi perempuan berhidung mancung dan berhijab ini tidak melupakan kodratnya sebagai ibu rumah tangga dan seorang istri. Ia memanfaatkan waktu kebersamaan dengan keluarga tercinta, terlebih pada cucu tersayang. Toh Silvi masih meluangkan waktu menekuni hobinya dengan budidaya anggrek.
Ia memiliki ratusan jenis anggrek yang dirawat di kebun rumah. Berbekal hobi tersebut Silvi mengambil ancang-ancang akan berbisnis budidaya anggrek manakala purna bakti dua tahun mendatang. “Hidup itu indah, jadi jalani saja seperti air mengalir,” pungkasnya menutup pembicaraan. (Rachmi)