Thursday, 05 December 2019

Demo, Emak-emak dan Daster

Selasa, 1 Oktober 2019 — 7:44 WIB
ikut demo

EMANG kalian maunya apa sih, kok ribut terus. Malu kan sama tetangga? Kita ini hidup sudah lama, masa nggak bisa belajar dari pengalaman. Pengalaman makan asam garam.

Itu suara sohib Bang Jalil dari kejahuan sana. Entah ngomel sama siapa tuh. Kayakknya heboh dan jengkel banget. Asal tahu saja ini mewakil para pejuang, yang telah berkorban harta benda, darah dan nyawa. sekarang malah pada diobrak abrik.

“ Kacau balau ya, Pak?” kata sang istri tiba-tiba, dari ruang dapur.

“ Ibu nggak usah ikut campur. Emak-emak itu ya urusannya anak dan suami di rumah,” kata Bang Jalil, sambil menyeruput kopi hangat, tanpa gula.

“ Maunya sih begitu. Tapi, rasanya gatel kalau nggak ikutan turun ke jalan,” kata sang istri.

Jalanan panas tahu, lagi nggak hujan. Di rumah kan enak?” kata Bang Jalil lagi,mencoba memberi nasihat. Suasana kini memang lagi nggak nyaman. Gaduh ada di mana-mana. Apalagi, kabarnya ada jatuh korban, itu yang pada ikutan demo. Korban jiwa dan luka-luka. Bahkan harta benda, kantor sarana umum pada rusak berat, karena terbakar.

“ Kalau sudah begitu kan kita juga yang rugi. Orang jadi pada was-was keluar rumah. Mau tinggal di rumah saja, juga nggak mungkin. Namanya juga manusia, bagaimana mau cari nafkah? Kalau nggak keluar rumah?” kata Bang Jalil.
“ Bapak tahu sendiri kan. Begitu juga emak-emak kalau nggak keluar, nggak afdol. Belanja sekarang bisa pakai online, tapi buat ibu mah nggak seru.  Nggak bisa nawar!”

Bang Jalil diam, tapi pikirannya berkecamuk. Ya, sebentar lagi si istri pasti menuntut uang belanja.

“ Udeh Bapak juga nggak usah ikut gaduh, nggak usah banyak mikir, siapin uang belanja. Jangan lupa tambah dana buat beli seragam daster dan ongkos buat ikut demo!   (massoes)