KEHADIRAN generasi milenial di kancah politik kini sangat diperhitungkan. Mereka mampu bersaing dengan politisi senior, menguasai isu-isu terkini dan punya konsep membawa perubahan. Salah satunya, Farah Puteri Nahlia, BA, MSc, dara 23 tahun yang sukses melenggang ke Senayan.
Farah, yang diusung Partai Amanat Nasional (PAN) terpilih menjadi anggota DPR periode 2019-2024 Dapil Jawa Barat IX (Subang, Majalengka dan Sumedang). Dara kelahiran Semarang, 1 Januari 1996 mengaku masih belum menyangka ia memperoleh dukungan suara tinggi mencapai 113.263 suara.
Lulusan D3 University Foundation Programme, London, dan menamatkan S1 serta S2 bidang politik Hubungan Internasional di Royal Holloway, University of London, bukanlah berasal dari keluarga politisi.
Anak kedua dari dua bersaudara ini putri dari pasangan Brigjen Pol Dr. Fadil Imran-Ina Adiati. Ayahnya yang berdarah Makassar, Sulsel, kini menjabat Direktur Tipiter Bareskrim Polri. Tapi Farah ternyata tidak tertarik mengikuti jejak ayahnya menjadi polisi.
‘Dari kecil saya sudah tertarik dengan dunia pemerintahan, tapi masih belum tau di bidang apa,” cerita Farah saat dihubungi Pos Kota, Senin (30/9/2019).
Namun jiwa sosial Farah sudah terasah sejak ia kecil. “Saya sangat tertarik dengan dunia sosial,” katanya.
Jauh sebelum terjun ke dunia politik, ia aktif di NGO (Non Government Organization) Habitat for Humanity Indonesia (2011-2012), sebuah LSM yang bergerak membantu pembangunan dan perbaikan rumah masyarakat kurang mampu. Ketika itu ia masih remaja berunur 16 tahun.
Sampai akhirnya ketika dewasa, Farah mantap memilih dunia politik. Dia banyak mendapat inspirasi dari tokoh-tokoh perempuan yang berkiprah di dunia sosial antara Ameerah Al-Taweel, mantan istri Pangeran Alwaleed Bin Talal, pangeran dari Arab Saudi. Juga RA Kartini, yang petuahnya banyak memberi inspirasi pada Sarah.
Wanita lainnya yang ia kagumi, Lady Diana. Kerendahan hati Princes of Walles menjadi inspirasi bagi Farah, bahwa semakin tinggi posisi seseorang, semakin besar pula pengaruhnya dalam mengubah sesuatu menjadi lebih baik.
Stigma tentang anggota DPR banyak membuat masalah, tak sepenuhnya Farah setuju. ‘Setelah saya banyak kenal politisi senior di DPR, ternyata banyak mereka yang betul-betul bekerja untuk rakyat,” tukas Farah.
Dia mengakui, memang ada oknum-oknum yang mencoreng nama wakil rakyat. “Padahal tidak semua,” tukasnya, seraya menyebut tokoh-tokoh yang ia kagumi seperti Saraswati Rahayu Djojohadikusumo yang juga berlatar belakang aktivis pegiat sosial. ‘Jadi saya percaya, milenial bisa membawa perubahan.”
Setelah duduk di kursi DPR, Sarah akan langsung bekerja membawa perubahan. Ada dua tugas pokok yang menantinya, yaitu membina masyarakat di Dapil-nya, serta menjalankan tupoksi sebagai anggota dewan. Di dapilnya, Farah membangun ‘Rumah Aspirasi Neng Farah’, tempat kegiatan warga. Dia akan memberdayakan ekonomi warga setempat melalui UMKM, serta memberikan pendidikan misalnya bimbel gratis, dengan fokus anak-anak muda.
Farah Sadar, ekspektasi masyarakat begitu besar kepada anggota legislatif yang baru, dan di pundak wakil rakyat pula tumpuan harapan mereka harus dipenuhi. (irda)