Oleh Harmoko
ADA ungkapan yang menyebutkan “Hidup dengan kemewahan tak menjamin kebahagiaan.” Mengapa? Karena “kemewahan” pada dasarnya hanya akan memberikan “hati kenyamanan sesaat”, sedangkan “kesederhanaan” memberikan “hati kenyamanan abadi.”
Banyak tokoh dunia meraih sukses karena pola hidupnya sederhana. Meski telah menjadi orang terkaya di dunia, kesederhanan tetap menjadi perilaku dalam kehidupan sehari – harinya. Sebut saja Ingvar Kamprad, pendiri IKEA. Meski bergelimang harta dengan kekayaan sekitar Rp600 triliun, ia tetap dengan kebisaan naik bus saat berpergian.
Sukses yang diraih pemimpin holding company perusahaan telekomunikasi dunia dengan kekayaan sekitar Rp 300 triliun, Carlos Slim Helu, dimulai dari kesederhaan. Bahkan, ia senantiasa mengingatkan karyawanya untuk selalu hidup sederhana, meski memiliki banyak kekayaan.
Di era milenial dikenal, sosok sederhana melekat pada pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, meski memiliki sekitar Rp 600 triliun atau US$ 46,1 miliar.
Masih banyak tokoh dunia lainnya seperti Charlie Ergen,bos penyedia saltelit Dish Network, dan pemilik multinational holding company, Warren Buffett, yang sukses dalam karir dan usahanya karena hidup sederhana.
Dari kisah sukses sederet tokoh dunia tadi mengajarkan kepada kita untuk selalu bersikap sederhana, bukan hidup bermewah – mewah meski memiliki kekayaan berlimpah ruah.
Para tokoh dunia ini memnyadarai bahwa kemewahan bukan jalan menuju kebahagian yang abadi.
Sebab, dalam kesederhanaan akan membebaskan pikiran kita dari beratnya beban kerumitan. Kesederhanaan tidak membebani pikiran dengan hal tak bermutu, kesederhanaan memfokuskan pikiran anda pada hal-hal yang penting saja.
Sering dikatakan hidup itu sejatinya sederhana. Yang membuat hidup menjadi rumit adalah pikiran dan perasaan kita. Pikiran yang menghantui ingin bermewah seperti orang lain yang pernah dilihatnya, sementara kemampuan menuju ke sana tidak mendukungnya.
Para leluhur sering mengajarkan agar kita senantiasa tidak asal mengikuti rasa sembarang rasa. “Aja nuruti rasane karep, nanging nuruti karepe rasa” (jangan ikuti hawa nafsu tapi ikuti hati nurani). Pikiran yang liar, selain akan merugikan diri sendiri, juga orang lain.
Karena itulah ada filosofi Jawa yang mengajak kepada kita agar hidup itu “sak madyo. Ora usah neko – neko.” ( secukupnya, sepantasnya. Tidak perlu berbuat yang aneh – aneh, macam – macam).
Hidup sak madyo akan membawa kepada kejernihan pikiran dan ketenangan batin. Sebaliknya yang neko – neko membuat hidupnya selalu gelisah , galau – kemrungsung karena tidak pernah merasa cukup, apa yang diperolehnya selalu dirasakan kurang. Di dalamnya terselip sifat iri kepada apa yang dimiliki orang lain. Ada rasa selalu ingin memiliki seperti yang dimiliki orang lain.
Sifat neko – neko akan tercermin kepada perilaku orang yang tidak mau bersyukur terhadap apa yang telah diterimanya, tidak sabar menghadapi ujian dan tak ada keikhlasan ketika gagal mendapatkan seperti diharapkan.
Meski begitu hidup sak madyo, hidup sederhana apa adanya, bukan diartikan harus miskin. Tetapi, hidup yang tidak berlebihan. Dapat membatasi diri dari perbuatan yang tidak semestinya. Menjauhi perbuatan yang melanggar norma, etika dan budaya. Ada keseimbangan antara lahir dan batin. Mampu menyelaraskan antara impian dengan kemampuan.
Di era sekarang ini, di mana kondisi perekonomian belum benar membaik, sangat diperlukan kesederhanaan dalam berperilaku sehari – hari. Janganlah mempertontonkan kemewahan di tengah keterbatasan orang lain.
Menyongsong pemerintahan baru mendatang, diperlukan keteladanan dari semua komponen masyarakat, apa pun profesinya, terutama dari kalangan politisi yang baru saja dilantik dan para pejabat yang nantinya dilantik.
Sejumlah literatur merujuk beberapa tips sukses menuju perilaku sederhana, di antaranya dapat dimulai dari sikap sbb:
1. Senantiasa merasa bersyukur atas apa yang telah diperolehnya.
2. Menahan diri mempertontonkan kemewahan di depan publik
3. Cermat dan hemat mengatur keuangan, meski dipenuhi dengan kelebihan
4. Hidup sesuai kemampuan, tak perlu ngoyo.
5. Jangan tergoda dengan beragam keinginan
6. Jangan silau atas kepemilikan orang lain
7. Jauhkan rasa gengsi
Ada pepatah mengatakan hidup itu sederhana, yang rumit itu pikiran kita. Hidup itu murah, yang mahal itu gengsi kita.
Memang berperilaku sederhana tidak semudah membalik telapak tangan. Mudah mengucapkan, tetapi sulit melakukan. Tetapi dengan kesadaran diri, kita yakin bisa melaluinya.
Yakinlah , jika kita berusaha untuk menjalankan “kesederhanaan”, tidak “neko – neko”, kehidupan ini akan terasa lebih nikmat dan bahagia. Semoga. ( *).