Wednesday, 11 December 2019

Mahasiswa dan Pelajar Bersihkan Coretan Bekas Kerusuhan di Kawasan Senayan

Jumat, 4 Oktober 2019 — 12:49 WIB
Pelajar ikut bersihkan coretan di tembok-tembok pasca kerusuhan.(yendhi)

Pelajar ikut bersihkan coretan di tembok-tembok pasca kerusuhan.(yendhi)

JAKARTA –  Sejumlah mahasiswa dan pelajar yang tergabung dalam kelompok Antivis Milenial (Z) melakukan aksi bersih-bersih dengan mengecat ulang tembok-tembok di kawasan Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat.

Tembok di kawasan gedung DPR RI  menjadi sasaran aksi vandalisme oleh oknum pengunjuk rasa beberapa waktu lalu.

Arief Rosyid selaku inisiator kegiatan mengatakan,  aksi mereka berawal dari keresahan adanya coretan-coretan bekas kerusuhan di berbagai sudut jalanan kawasan Gedung DPR/MPR RI yang terkesan membuat kumuh Ibu Kota.

mahasiswa                                                                                               Aksi bersih-bersih coretan di tembok oleh pelajar dan mahasiswa.(yendhi)

“Kami dari aktivis milenial dan kawan-kawan pelajar dari SMA dan SMK se-derajat mengapresiasi bahwa budaya demokrasi anak-anak muda tetap subur dan berkembang, baik aktivis yang turun kejalan maupun yang meramaikan dunia maya,” kata Arief disela-sela pengecatan tembok, Jumat (4/10/2019).

Mereka mengapresiasi aksi unjuk rasa mahasiswa dan pelajar beberapa waktu lalu, namun aksi demo sedikit tercoreng dengan adanya kerusuhan dan perusakan fasilitas umum. Untuk itu, aksi mengecat tembok ini sebagai salah satu bentuk tanggungjawab mahasiswa dan pelajar.

“Setelah aksi demo kemarin kami melihat banyak coret-coretan dinding, maka dari itu kami dari aktivis milenial dan Aktivi(Z) bersama-sama membuat kegiatan ngecat bareng pasca demo, agar terlihat lebih rapih,” ucap Arief.

Salah satu peserta aksi yang juga Presiden Forum OSIS DKI Jakarta, Alvinaldy Fitrah, menegaskan bahwa pelajar tidak salah ketika ikut terlibat dalam aksi penyampaian pendapat. Dia menilai, gerakan pelajar itu sebuah kemajuan dan bentuk kepedulian akan demokrasi.

“Pelajar tidak dapat disalahkan, yang perlu dilakukan adalah bersama menyiapkan wadah untuk menyampaikan aspirasi-aspirasi dan keresahannya dalam melihat isu-isu politik di Indonesia sesuai dengan ranahnya sebagai pelajar,” kata Alvinaldy yang masih duduk di bangku kelas tiga SMA ini.

Diketahui, gelombang demonstrasi penolakan terhadap sejumlah RUU bermasalah seperti RUU KPK dan RKUHP terus bergulir mulai dari tanggal 23 dan 24 September 2019 oleh mahasiswa di depan gedung DPR RI. Puncaknya, mahasiswa harus berhadapan dengan aparat ketika terjadi kerusuhan.

Selanjutnya, aksi dilakukan oleh ribuan pelajar SMK, STM, dan SMA se-Jabodetabek dengan mengusung tuntutan yang sama dengan mahasiswa namun aksi mereka juga harus berahir dengan kerusuhan. (yendhi/tri)