Wednesday, 11 December 2019

Agar Lansia Produktif, Mandiri dan Sejahtera, Perlu Dukungan Keluarga dan Lingkungan

Minggu, 6 Oktober 2019 — 12:58 WIB
Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial, Edi Suharto, di Gedung Tribrata, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu (6/10/2019).

Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial, Edi Suharto, di Gedung Tribrata, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu (6/10/2019).

JAKARTA –  Menteri Sosial, Agus Gumiwang Kartasasmita, menyampaikan bahwa masyarakat lanjut usia (lansia) harus mendapat dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar agar terus memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan negara di usia senja.

Hal itu disampaikan Mensos saat memberikan keynote speech dalam seminar dan talkshow sekaligus launching Lansia Aktif Peduli (Lantip) Indonesia yang dibacakan oleh Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial, Edi Suharto, di Gedung Tribrata, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu (6/10/2019).

“Lansia harus mendapat dukungan dari keluarga dan lingkungan masyarakat sekitarnya. Harus diciptakan lingkungan yang ramah terhadap lansia sehingga mereka nyaman menjalani kehidupannya dan bisa berkontribusi lebih maksimal dan optimal,” kata Edi membacakan arahan Mensos Agus.

Edi mengatakan, berdasarkan data hasil survei sosial dan ekonomi nasional (Susenas) 2018 penduduk lanjut usia di Indonesia mencapai 24,49 juta jiwa. Angka tersebut diprediksi akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Untuk itu, perlu langkah-langkah antisipatif agar lansia di Indonesia lebih sehat dan produktif sehingga terus berperan dalam pembangunan bangsa.

“Penduduk lansia membutuhkan lingkungan sosial dan fisik yang mendukung untuk beraktifitas agar tetap bisa produktif, mandiri, sejahtera dan bermartabat. Meningkatnya presentasi penduduk lansia memberikan dampak dari berbagai sektor pembangunan yang berdampak pada perumusan kebijakan yang tidak hanya kebijakan dibidang kependudukan tetapi juga dibidang kesehatan, sosial, ekonomi maupun politik,” papar Edi.

Dia pun menyampaikan empat arahan Mensos Agus terkait langkah-langkah pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam menyikapi lansia di Indonesia.

Pertama, menguatkan peran keluarga yang memiliki lansia agar menjadi prioritas bersama dalam membangun keluarga yang sadar akan kesehatan holistik sehingga dapat mendukung lansia mencapai hidup yang berkualitas.

“Keluarga merupakan unsur terpenting bagi bangsa dan negara. Sejalan dengan strategi nasional (Stranas) lanjutusiaan bahwa untuk mewujudkan lanjut usia yang aktif sehat dan tetap berguna bagi bangsa dan negara haruslah dimulai dari fase kehidupan sebelumnya, yaitu fase anak, fase remaja, dan fase dewasa,” ucap Edi.

Kedua, pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus mendorong dan memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk berpartisipasi mendukung para lansia memberikan kesempatan kerja sesuai kemampuan dan menyediakan ruang-ruang publik untuk mengekspresikan diri para lansia.

“Pelayanan keagamaan mental dan spiritual seperti jaminan kesehatan masyarakat lansia termasuk para lansia yang telantar atau panti sosial dibutuhkan agar para lansia merasa dipedulikan dan tidak terasingkan,” tutur Edi.

Selanjutnya, memanfaatkan era digital untuk menyediakan pelayanan terbaik bagi para lansia. Kedepan, lansia juga diharapkan dapat mengakses layanan negara secara online baik layanan konsultasi kesehatan, konsultasi ekonomi dan sosial sehingga dapat mewujudkan lansia yang mandiri dan tidak membebani keluarga.

Terahir, pemerintah pusat dan daerah harus memastikan kemudahan dalam penggunaan fasilitas umum, mencakup puskesmas ramah lansia, fasilitas gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, pasar, terminal bus, stasiun kereta api dan taman kota yang perlu ditata ulang dengan memperhatikan kebutuhan khusus bagi lansia.

“Trotoar dan taman harus juga lebar agar aman dan nyaman. Taman sangat dibutuhkan lansia untuk berolahraga dan berinteraksi sosial,” tandas Edi. (yendhi/tri)