Wednesday, 11 December 2019

Makanan Kalengan Praktis sih Tapi Waspadai Juga Beberapa Hal Ini ya

Minggu, 6 Oktober 2019 — 8:27 WIB
Petugas siap memeriksa kandungan makanan. (ilustrasi)

Petugas siap memeriksa kandungan makanan. (ilustrasi)

ZAMAN sekarang, hampir semua orang menyukai hal-hal yang praktis dan mudah. Termasuk dalam urusan memilih makanan yang akan dikonsumsi sehari-hari. Hal inilah yang kemudian membuat makanan instan, makanan kaleng, dan sejenisnya menjadi semakin banyak peminat.

Tidak selamanya makanan kaleng mengandung zat gizi yang lebih sedikit dibandingkan dengan makanan segar atau makanan beku. Faktanya, makanan kaleng juga mengandung zat gizi yang hampir sama dengan makanan segar. Protein, karbohidrat, lemak, serta vitamin dan mineral yang larut dalam lemak, seperti vitamin A, D, E, dan K, masih terkandung dalam makanan kaleng.

Berdasarkan penelitian, zat gizi dalam makanan masih tetap utuh setelah makanan tersebut dimasukkan dalam kaleng, walaupun jumlahnya agak berkurang sedikit.

Beberapa zat gizi yang tidak tahan panas mungkin juga ada yang rusak, seperti vitamin larut air, misalnya untuk vitamin C dan vitamin B. Vitamin jenis ini sangat sensitif terhadap panas dan udara, sehingga vitamin dapat hilang setelah melalui proses pemanasan, pemasakan, dan penyimpanan.

Jangan khawatir, beberapa jenis makanan dalam kaleng juga dapat memiliki kadar zat gizi yang lebih tinggi daripada makanan biasa. Misalnya, tomat dan jagung memiliki antioksidan yang lebih tinggi setelah melalui proses pemanasan, sehingga tomat dan jagung kalengan mungkin memiliki antioksidan yang lebih tinggi daripada biasanya.

Walaupun makanan kaleng memiliki sisi positif, ada baiknya Anda tidak terlalu sering mengonsumsi makanan jenis ini apalagi dalam jumlah yang berlebihan. Sebab tak dapat dimungkiri, selain sisi positif, makanan kaleng juga memiliki sisi negatif. Simak penjelasan lebih lanjutnya dikutip dari PesanLab.com

1. Kandungan Garam, Gula, dan Pengawet

Untuk dapat bertahan lama, biasanya makanan kaleng akan diberikan zat pengawet. Tak hanya itu, sebagian besar makanan kaleng mengandung gula dan garam tambahan dalam jumlah yang cukup banyak. Hal ini tentu dapat berbahaya jika dikonsumsi dalam jumlah banyak dan dalam periode waktu yang lama. Apalagi bagi Anda yang memiliki riwayat penyakit hipertensi, diabetes, dan gangguan jantung.

2. Mengandung BPA

BPA atau Bisphenol-A merupakan bahan kimia yang sering ditemui dalam makanan kemasan, seperti makanan kaleng. Berita buruknya, BPA yang terdapat pada kaleng ini dapat berpindah ke makanan. BPA yang masuk ke dalam tubuh bersama makanan dapat memicu terjadinya berbagai masalah kesehatan, mulai dari gangguan kardiovaskular, hingga diabetes mellitus tipe 2. Karena dampak inilah, Food and Drug Administration Amerika Serikat melarang penggunaan BPA pada kemasan makanan.

3. Kontaminasi Bakteri

Meski sudah melewati berbagai proses dan dijamin keamanannya, risiko kontaminasi bakteri serta zat asing lain masih sangat mungkin terjadi pada makanan kaleng. Faktornya bermacam-macam, mulai dari kondisi kaleng yang rusak, retak, atau pecah, hingga pengemasan yang kurang baik.

Dengan dasar kemudahan, makanan kaleng merupakan pilihan terbaik bagi banyak orang. Namun, sekalipun ada manfaatnya, Anda tetap perlu mewaspadai pengonsumsian makanan kaleng secara terus-menerus dan dalam jumlah yang banyak. Tidak hanya memantau asupan gizi, Anda juga perlu melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk tetap bisa menjaga kesehatan Anda. (fira/m/d)