Thursday, 05 December 2019

Maria Lawalata, Mantan Ratu Marathon Fokus Bina Atlet Usia Muda

Selasa, 8 Oktober 2019 — 8:16 WIB
Maria Lawalata, Mantan Ratu Marathon.

Maria Lawalata, Mantan Ratu Marathon.

NAMA Maria Lawalata tak asing lagi di kalangan insan atletik negeri ini di era 1990-an. Ini tak terlepas dari keberhasilannya mendominasi raihan juara di nomor marathon yang memang jadi spesialisnya.

Prestasi mengesankan dibuatnya ketika dirinya menjadi penentu Kontingen Indonesia  jadi juara umum pada pesta olahraga multi event bangsa-bangsa Asia Tenggara SEA Games 1991 Manila, Filipina. Ketika itu posisi medali emas Kontingen Indonesia sama dengan tuan rumah Filipina, hingga Maria Lawalata mencul jadi pahlawan Kontingen Indonesia karena berhasil memenangi medali emas untuk jadi pembeda Indonesia akhirnya unggul dari Filipina.

“Ya sebelum aku tampil memang posisinya seperti itu. Gugup dan dag dig dug juga. Tapi aku berusaha untuk tanmpil aja sebaik mungkin tanpa memikirkan kalah atau menang. Dan syukur akhirnya aku berhasil jadi juara dan mempersembahkan medali emas penentu untuk Kontingen Indonesia jadi juara umum,” kata Maria mengingat salah satu moment yang mengesankan sepanjang kariernya menjadi atlet atletik nasional Indonesia.

Wanita kelahiran Jakarta, 3 Januari 1967 itu,  menekuni  dan berkarier di atletik khususnya nomor marathon selama 20 tahun. Prestasinya di nomor lari jarak jauh itu pun cukup membanggakan.

”Saya tak bisa melupakan peristiwa manis kala  di Filipina itu. Medali emas itu terasa membanggakan karena menjadi penentu kontingen Indonesia mempertahankan gelar juara umum SEA Games 1991,” kata ibu dua anak yang juga istri mantan atlet marathon, Sunyoto, itu.

Bina Usia Muda

Meski sudah pensiun sebagai atlet, Maria  tetap masih beraktifitas di bidang olahraga. Di bawah bendera Yayasan Big Star Nusantara yang diipimpinnya, kini Maria fokus pada pembinaan atlet usia muda dan membimbing komunitas yang cinta akan marathon.

Maria pun  tengah merancang program pembinaan untuk atlet marathon, salah satunya menggelar lomba lari 5 K  Piala Kemenpora yang akan dilangsungkan 10 November mendatang di Jakarta. Dia ingin mengembalikan masa jaya marathon putri Indonesia seperti pada era 1980-an hingga 1990-an.

Maria mengakui, atlet-atlet sekarang sudah dimanjakan dengan keadaan sehingga kurang gigih dalam berlatih. ”Pada jaman kami sebagai atlet, prestasi di atas segala-galanya. Kami tidak memikirkan apakah dapat bonus atau tidak, tujuan kami bagaimana Merah Putih berkibar dan lagu Indonesia Raya berkumandang. Dan itu saya rasakan ketika merebut medali emas penentu Kontingen Indonesia menjadi juara umum SEA Games 1991 di Manila, Filipina.

Maria mengajak dan menyemangati penghuni timnas Indonesia di semua cabang olahraga, khususnya atletik, yang akan dikirim ke SEA Games XXX Filipina 2019 agar berlatih lebih keras. “Semua lawan melakukan itu, jadi kita harus  berusaha latihan lebih keras sehingga pas pertandingan akan lebih siap untuk menjadi yang terbaik,” pesan Maria. (prihandoko/bu)