JAKARTA – Pemerintah Kota Jakarta Selatan, berrencana menjadikan Pasar Loak Kebayoran Lama sebagai destinasi wisata unik wilayah tersebut. Mengacu konsep Flea Market kekinian, diharapkan lokasi Pasar Loak Kebayoran Lama akan menjadi lebih rapih dan tertib.
Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Kota Jakarta Selatan, Munjirin. Menurutnya, Flea Market atau lebih dikenal bernama Pasar Kutu, cocok diterapkan pada Pasar Loak Kebayoran Lama. Dengan konsep ini, diharapkan penjualan pedagang akan meningkat.
“Keragaman yang dimiliki Pasar Loak Kebayoran Lama, pasti akan menjadi daya tarik tersendiri. Selain itum dibalik konsep ini, banyak masalah yang bisa diselesaikan,” ungkap Munjirin, Sabtu (12/10/2019).
Dirinya berharap melalui konsep yang diterapkan ini, keuntungan lainnya juga dapat menciptakan keguyuban para pedagang. Sehingga lapak dagangan liar baru dapat dicegah, bukan oleh aparat seperti yang biasanya dilakukan, tetapi oleh para pedagang.
Munjirin juga mencontohkan, Pasar Loak Jalan Surabaya di Menteng, Jakarta Pusat. Kawasan yang menjual barang antik dan lawas itu, tetap terjaga sejak ditata pada era Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin tahun 1988 silam.
“Kita bisa melihat bagaimana pasar itu tetap terjaga sampai sekarang, begitu juga di Pasar Taman Puring. Kalau memang sudah disimpulkan dan disepakati, Insya Allah akan jadi ikon Jakarta Selatan yang baru,” terangnya.
Terkait desain penataan Flea Market, Munjirin mengaku belum dapat membeberkannya secara gamblang. Hanya saja, sejumlah usulan tengah dikaji pihaknya, mulai dari merelokasi pedagang ke sebuah lahan yang layak hingga penutupan Jalan di sepanjang Jalan Stasiun Kebayoran Lama.
Saat ini pihaknya juga masih mengkaji kelebihan dan kekurangan usulan tersebut, karena saat ini masih dibahasa di tingkat pimpinan. Begitu juga dengan langkah sosialisasi yang akan disampaikan kepada para pedagang.
“Untuk konsepnya sudah ada, yaitu Flea Market. Kalau desain penataannya masih dikaji terus, apa-apa yang kurang atau jadi kendala, jangan sampai setelah direlokasi pasar jadi sepi, begitu juga kalau digelar di jalan, jalanan ditutup di waktu-waktu tertentu, tapi di luar waktu itu pedagang masih tetap jualan. Itu masih kita kaji terus,” ujarnya.
Sementara itu, Sanusi,40, salah seorang pedagang mengaku hingga saat ini pihaknya belum mengetahui adanya konsep yang diajukan oleh Pemerintah. Meski begitu dirinya berharap agar penataan nanti dapat menguntungkan pedagang, bukan sebaliknya.
“Kalau saya sih nggak minta banyak, saya atau pedagang di sini pasti setuju kalau nanti jadi dirapihin. Tapi yang jelas jangan matiin usaha kita, sebab ini merupakan tempat mencari nafkah untuk sekeluarga” ungkap Sanusi. (wandi/mb)