JAKARTA – Matahari belum lama menampakkan cahayanya di ufuk timur, belasan penyandang disabilitas mengenakan jersey berkumpul di sepetak lapangan berumput, Sabtu (19/10/2019) pagi. Mereka bersemangat menjalani latihan sepak bola di Pusat Rehabilitasi Rs dr Suyoto Bintaro, Jakarta Selatan.
Sebelum berlatih mereka juga melakukan pemanasan dengan berlari mengelilingi lapangan dan pergerakan-pergerakan kecil sebagai peregangan.
Para pesepak bola satu kaki ini bermain bola dengan menggunakan bantuan tongkat dan menjalani latihan layaknya atlet dari kelompok non-disabilitas. Tak lupa pula mereka berdoa bersama sebelum menjalani latihan rutin.
INAF resmi dibentuk pada Jumat (2/3/2018). Berawal dari menonton sepak bola amputasi di channel video, penggagas yang juga sekarang menjadi Ketua Indonesia Amputte Footbal (INAF) amputasi, Yudi Yahya (32) tergerak untuk mewadahi para amputasian yang memang hobi dengan olahraga sepak bola.
Saat ini tim sepak bola yang diberi nama INAF Garuda ini beranggotan 20 orang dari berbagai latar belakang profesi. Pada usianya yang baru 4 bulan, Juni 2018, tim amputasi sepak bola Indonesia itu berhasil meraih kemenangan pada pertandingan persahabatan dengan tim Malaysia yang sudah berusia 3 tahun. Skor 2-1 untuk kemenangan Tim INAF Garuda. Dalam kesempatan ini dua punggawa Tim Inaf Garuda mendapatkan penghargaan pemain bek terbaik dan kiper terbaik.
Saat ini tim yang dilatih oleh pelatih non-disabilitas bernama Syafei ini tengah fokus berlatih untuk ikut kompetisi Piala Dunia pada 2020 mendatang yang akan berlangsung di Miami, Florida. Berdasarkan laman worldamputeefootball.com, ada 46 negara sudah terdaftar mengikuti kompetisi ini.
Komitmen rutin berlatih setiap satu kali dalam seminggu setiap Sabtu pagi menjadi salah satu modal tim untuk membangun kekompakan dan kesolidan tim INAF Garuda. Kemenangan pada pertandingan perdana Tim INAF Garuda melawan Tim Tiger Malaysia menguatkan keyakinan yang telah dibangun.
Bagi tim INAF Garuda, menang ataupun kalah itu urusan belakang, mereka membuktikan bahwa mesti memiliki hambatan fisik namun punya kemampuan dan semangat yang menjadi motivasi menerima tantangan tersebut.
Melalui prestasi yang diraih, tim INAF Garuda terus memperjuangkan hak-hak mereka dalam dunia olahraga. Keterbatasan fisik bukan penghalang bagi mereka yang tergabung dalam INAF. Minimnya infrastuktur olahraga bagi difabel, itulah tantangan bagi mereka.
Tim INAF Garuda sendiri dalam kompetisi yang akan datang tentunya akan menghadapi negara yang lebih tangguh, di antaranya anggota yang menjadi juara dunia pada tahun 2018, Brasil dan Turki. Tentunya jalan panjang dan kerja keras masih harus dipikul bersama oleh tim INAF Garuda untuk membawa sang saka merah putih berkibar di kancah sepak bola amputasi dunia. (toga/ys)