BOGOR – Sistem arus lalu lintas kanalisasi 2-1 (dua lajur naik keatas dan satu lajur turun ke bawah) sudah di ujicoba Minggu (27/10/2019) pagi.
Ujicoba sistim ini berlangsung dari pos Gadog hingga Taman Safari Indonesia (TSI). Penerapan sistim ini di kawasan wisata puncak ini diharapkan menjadi solusi mengatasi kemacetan di kawasan berhawa sejuk ini.
Ujicoba sistim ini diharapkan mampu menjadi solusi menggantikan sistim one way atau satu arah yang selama ini menjadi kebijakan kepolisian.
Sistim one way yang sudah berlaku sejak tahun 1985 ini, dinilai sudah tidak bisa menjadi solusi karena volume kendaraan yang mencapai 40 hingga 41 ribu unit/harinya jelang week end.
Bupati Bogor, Ade Yasin yang ikut dalam ujicoba kanalisasi 2-1 dari pos Gadog menuju TSI sangat optimis sistem terbaru ini efektif.
“Rekayasa arus lalu lintas kanalisasi 2-1 tadi berjalan lancar dan sukses. Ada pelambatan di beberapa titik. Namun secara keseluruhan baik. Maka saya mengatakan selesailah itu one way. Semoga uji coba berikutnya pada Minggu (3/11) mendatang juga sesukses hari ini,” kata Ade kepada wartawan di gerbang masuk TSI Minggu (27/10).
Suksesnya ujicoba ini, karena kerjasama yang sinergis antara personel Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), Sat Lantas Polres Bogor, Dinas Perhubungan, Sat Pol Kabupaten Bogor dan polisi lingkungan warga (Polingga).
“Personel gabungan sudah sejak pukul 04.00 WIB sudah memasang traffic cone, lalu setelah itu mereka juga mengatur lalu lintas untuk membuka aksesbilitas dan mengurai kemacetan lalu lintas. Kesuksesan ini berkat kerjasama yang baik,”kata Ade Yasin.
Sistem rekayasa arus lalu lintas kanalisasi 2-1 diakui Bupati, merupakan bagian dari program Save The Puncak yang ujungnya bertujuan mengembalikan Kawasan Puncak menjadi destinasi wisata nasional.
“Selain sistem rekayasa arus lalu lintas kanalisasi 2-1, Pemkab Bogor juga sudah berkali – kali meminta pemerintah pusat membangun Jalur Poros Tengah Timur (PTT) atau Jalan Puncak II, pembangunan Stasiun LRT hingga Ciawi dan lainnya,” tutur Ade.
Ditempat yang sama, pengamat kebijakan publik, Yayat Supriatna mengatakan, setelah ujicoba, langsung diketahui penyebab tersendatnya arus lalulintas saat diberlakukan sistim terbaru tersebut.
Menurut Yayat, Trafiglih di Megamendung menjadi penghambat laju kendaraan saat naik.
Adanya banyak persimpangan serta belokan tajam serta aktifitas di Pasar Cisarua menjadi penyebab lain dari melambatnya laju kendaraan.
Untuk itu, Yayat berharap ada solusi kongkrit dari kementrian PU Pera berupa dibangunnya JPO di Pasar Cisarua.
Terkait waktu tempuh yang lama dari Gadog hingga TSI yang memakan waktu satu setengah jam pada kanalisasi 2-1 dari waktu one way yang hanya 40 menit, Yayat tidak mempersoalkannya.
“Sekarang pengguna jalan tinggal milih. Mau 40 menit tiba di TSI tapi nunggu hingga 3 jam di GT Ciawi saat jalur dibuka. Atau sistim baru kanalisasi 2-1 yang sekarang ujicoba ini. Sudah diketahui penyebabnya. Tinggal pembenahan saja. Sistim ini kalau efektif, akan baik. Karena hanya butuh waktu satu setengah jam untuk tiba di TSI,” kata Yayat.
Direktur Jenderal (Dirtjen) Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Budi Setiyadi menuturkan pemerintah pusat sedang merundingkan pembangunan Stasiun LRT hingga Ciawi dan pembangunan Jalan Puncak II.
“Walaupun kami sudah survey dan masih merundingkan pembangunan Stasiun LRT hingga Ciawi dan pembangunan Jalan Puncak II, tetapi kita sedang melakukan double track kereta api Bogor – Sukabumi untuk membantu distribusi logistik air hingga mobitas truk pengangkut galon air jauh berkurang,” ungkap Budi.
Ketua DPRD Kabupaten Bogor, Rudy Susmanto mendesak pemerintah pusat untuk mewujudkan Jalan Puncak II demi mengurai kemacetan lalu lintas.
“Saya sudah melakukan lobby ke Komisi V maupun anggota DPR RI lainnya untuk mendesak pemerintah pusat harus segera menyelesaikan pembangunan Jalan Puncak II karena sebelumnya jalan itu sudah ada dan tinggal pengaspalan saja,” kata Rudy. (yopi/tri)