BEKASI – Ada-ada aja pikiran warga Bekasi. Karena iri dengan daerah lain yang sudah disirami hujan, mereka menuduh ada yang melarang hujan masuk Bekasi.
“Masih banyak proyek yang kalau terjadi hujan sulit dikerjakan,” jelas Salam (39) warga Sriamur, Tambun Utara.
Seperti yang terjadi pada Minggu (27/10/2019) siang sejumlah wilayah si Bekasi, Cibitung, Tambun hujan. Namun hanya sebatas sebelah selatan Jalan Tol Jakarta-Cikampek.
“Heran, di tempat lain pada hujan, di sini cuma mendung aja ” keluh Salam. Karenanya dia menduga ada orang yang sengaja memindahkan hujan .
Sampai saat ini belum turun hujan, “Ada pawang hujan supaya proyek pembangunan Jalan Tol Cibitung-Cilincing tidak terganggu,” kata lelaki yang sehari-hari menjadi tukang ojek pangkalan.
Selain proyek strategi nasional (PSN), banyak juga proyek perumahan yang berada di jalur lintasan itu. Anehnya warga kebanyakan percaya kalau hujan tidak turun di Bekasi, karena dipindahkan ke tempat lain.
Beberapa PSN di Bekasi adalah proyek LRT, kereta api cepat Jakarta-Bandung, pembangunan jalan layang tol Jakarta-Cikampek, pembangunan lanjutan proyek Becakayu dan proyek pembangunan jalan Tol Cibitung-Cilincing.
Namun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi awal musim hujan di Indonesia akan mundur.
“Awal musim hujan periode 2019/2020 mengalami kemunduran, dan sebagian besar wilayah Indonesia akan mulai memasuki musim hujan pada bulan November, kecuali untuk wilayah Sumatera dan Kalimantan yang dimulai sejak pertengahan Oktober 2019 sudah masuk musim hujan, ” ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam siaran persnya.
Penyebab telatnya, musim hujan di Indonesia kata Dwikorita karena rendahnya suhu permukaan laut daripada suhu normalnya yang berkisar antara 26 – 27 derajat celcius di wilayah perairan Indonesia bagian selatan dan barat, sehingga berimplikasi pada kurangnya pembentukan awan di wilayah Indonesia.
Dwikorita mengimbau agar perlu mengoptimalkan usaha menjaga cadangan air melalui optimalisasi manajemen operasional air waduk saat musim penghujan dan melalui gerakan memanen air hujan.
“Teknologi modifikasi cuaca dapat diterapkan sebagai alternatif pada saat peralihan kedua musim tersebut, terutama bagi wilayah yang rawan kekeringan dan karhutla,” ujar Dwikorita. (saban/tri)