Thursday, 05 December 2019

Puteri, Penyandang Disabilitas yang Jadi Barista dan Pendiri Kopi Tuli

Minggu, 3 November 2019 — 7:11 WIB
Puteri, barista disabilitas, salah satu pendiri Kopi Tuli. (ist) :

Puteri, barista disabilitas, salah satu pendiri Kopi Tuli. (ist) :

JAKARTA  – Bisnis kopi di Indonesia marak seiring perkembangnya kursus-kursus pelatihan barista baik diselenggarakan oleh pelaku usaha swasta maupun pemerintah seperti balai-balai latihan kerja (BLK) Kementerian Ketenagakerjaan.

“Wirausaha kedai kopi menjadi alternatif andalan rekan-rekan komunitas tunarungu menciptakan pekerjaan setelah dunia kerja masih menganggap disabilitas kami sebagai kekurangan. Padahal, justru ketunarunguan kami ini pula yang membuat kami fokus bekerja tanpa diganggu suara berisik,” ujar M. Ichsan Kamil, ketua Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin) Kota Depok, Sabtu (2/11/2019).

Dicontohkannya, Kafe Kedai Kopi Tuli yang dibangun para sarjana Strata S-1 seperti Adhika Prakoso, Trierwinsyah, dan Puteri dibuka di Krukut, Kota Depok, juga dikerjasamakan rekan lainnya di Daerah Durentiga, Kalibata, Jakarta Selatan.

“Ketiganya kursus barista kelas brewing, cappuccino, kelas mengenal karakter kopi hingga kelas membuat latte art,” ujar sarjana Ahli Madya (Amd) administrasi itu.

Kondisi itulah menginisiasi balai-balai latihan kerja (BLK) Kementerian Ketenagakerjaan menggelar pelatihan-pelatihan barista seperti BLK Banda Aceh,  BLK Lembang, hingga BBLK Bekasi dan Bandung. Mulai pelatihan kopi saring, hingga berkreasi daya tarik kopi.

“Dari enam (6) paket pelatihan yang digelar telah melahirkan siswa berwirausaha dan alumninya aktif menciptakan jejaring usaha termasuk mengikuti berbagai kompetisi,” komentar kepala BLK Banda Aceh, Teguh Sulistiyono.

Maraknya kedai kopi tercatat dikarenakan dirilisnya 5 Kopi Termahal Dunia oleh Money Inc. Yaitu Kopi Aspina dari Kolombia seharga 770 dolar AS setara Rp 10,790 juta per 250 gram; Kopi Saint Helena di Samudera Pasifik seharga 60 Poundsterling setara Rp 1,083 juta per 100 gram.

Lanatas,  Kopi Geisha dari Ethiopia dihargai 475 dolar AS setara Rp 6,656 juta per 1,8 kilogram; Kopi Black Ivori dari Thailand Utara sebagai fermentasi kotoran gajah dihargai 100 dolar AS setara Rp 1,400 juta per 35 gram; dan Kopi Luwak dari Indonesia sebagai fermentasi kotoran
Luwak dihargai 700 dolar AS setara Rp 9,7 juta per kilogram. (rinaldi/win)