BOGOR – Tak terima rekan mereka dilindas truk pengangkut tambang, ratusan pelajar SMA Negeri 1 Parung Panjang, Bogor berdemo.
Aksi pelajar pada hari Rabu (6/11/2019) ini juga di ikuti dewan guru. Baik siswa maupun guru protes kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor.
Aksi ini berlangsung di lapangan sepakbola Jalan Raya Mohamad Toha, Desa Parung Panjang, Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor.
Wakil Kepala SMAN 1 Parung Panjang, Abdul Salim kepada wartawan mengatakan, aksi yang dilakukan siswa dan guru tersebut merupakan bentuk solidaritas sekaligus ungkapan rasa resah, setelah LN, siswa kelas 12 IPA 1, SMA Negeri 1 Parung Panjang, mengalami luka parah dibagian pergelangan kaki sebelah kanan.
Saat itu, korban yang mengendarai motor terjatuh. Korban lalu terlindas truk tronton pengangkut tambang yang setiap hari, hilir mudik didekat sekolah.
“Selama ini para pelajar merasa tidak nyaman dan tidak aman dengan melintasnya armada tronton yang tanpa aturan,” Abdul Salim kepada wartawan.
Masuk keluarnya kendaraan besar tanpa henti ini, bisa menimpa siapa saja dan kapan saja. Keselamatan siswa sangat terancam dengan hilir mudiknya truk angkutan.
Menurut Abdul Halim, akibat kejadian ini, kaki kiri korban harus di amputasi.
“Selama ini, anak-anak mengaku khawatir dengan keselamatan mereka. Kami selaku guru juga merasakan hal yang sama. Jadi kami mohon, agar seluruh pihak yang terkait, memikirkan hal ini,” ujarnya.
Ia berharap, aksi dan suara yang disampaikan dalam demo ini, bisa menggugah hati anggota DPRD Kabupaten Bogor, untuk memperhatikan aspirasi mereka dan melakukan langkah lanjutan
pengawasan dan penertiban secara ketat terhadap lalu lalang kendaraan truk tambang dan usaha pertambangan kepada Pemkab Bogor.
“Kami ingin para pelajar bisa berangkat sekolah dengan rasa aman, sehingga kegiatan belajar mereka tidak terganggu,” paparnya.
Ketua PGRI Kecamatan Parung Panjang, Edi Mulyadi mengatakan, kecelakaan bisa saja terjadi akibat tidak dijalankan dan dipatuhinya kebijakan yang sudah disepakati bersama.
“Truk tambang ini melanggar kesepakatan bersama. Jam operasi seharusnya dibatasi. Tapi karena melanggar perjanjian, maka sekarang timbul korban,” katanya.
Selain bahaya kecelakaan, wilayah ini juga setiap hari diliputi debu pekat, kemacetan dan kebisingan dari lalu lalang truk tambang.
“Kondisi ini jangan terus dibiarkan agar tidak terus menerus menambah korban. Jika tuntutan para pelajar dan guru tersebut diabaikan, maka dipastikan semua dewan guru dari jenjang SD, SLTP dan SMA se Kecamatan Parung Panjang, akan turun kembali melakukan aksi protes. Bupati Bogor harus menjamin keamanan dan keselamatan para pelajar serta semua masyarakat di Kecamatan Parung Panjang,” paparnya. (yopi/tri)