HARI Ayah nasional? Memang nggak seperti hari ibu ya, yang bisa jadi heboh dan menggelegar. Tapi, bagi ayah, ya biasa-biasa saja lah. Padahal, ayah dan ibu kan apa bedanya? Ayah dan ibu adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Satu paket. Ada ayah, ada ibu. Mereka berkolaborasi, menjadi orang tua, dan mengalirkan keturunan.
Tapi ya begitulah, hari ayah memang tidak ada gaungnya, seperti hari ibu? Mengapa? Ya, nggak usah dibahaslah, pokoknya bagi kita ada hari ayah atau nggak ayah adalah orang tua yang patut kita hormat, seperti juga ibu.
Memang, ibu itu bagi kita, betapa kedudukannya sangalah tinggi bagi keluarga, terutama anak-anaknya. Bayangkan, ada surga di telapak kaki ibu.
Oke mari kembali kepada ayah. Ayah, kemarin diperingati sebagai hari Ayah nasional. Ayah bagi keluarga di Indonesia sangatlah dihormati. Ayah, diketahui sebagai tulang punggung kehidupan keluarga. Ayah yang mencari nafkah bagi keluarga, sebagian besar masyarakat, bahwa bapaklah yang mencari nafkah. Para petani, sebagian besar adalah lelaki yang sejak subuh sudah ke swah.
Bagaimana Ebiet G Ade menggambarkan sang ayah yang sepanjang hidupnya berjuang menghidupi keluarganya.
’Di matamu masih tesimpan selaksa peristiwa, benturan dan hempasan terpahat di keningmu, kau nampak tua dan Lelah, keringat mengucur deras namun kau tetap tabah….’
Artinya bahwa, bapak atau ayah adalah memang hidupnya sepenuh hati untuk keluarga.
Ya, ini adalah ilustrasi bagi seorang ayah yang memang bertanggung jawab pada keluarga. Tapi, ada juga lelaki, ayah atau suami yang meninggalkan keluarga begitu saja, tanpa peduli anak dan istrinya makan apa?
Anak istri menderita, karena ulah ayah yang tega. Semoga di Hari Ayah kemarin nggak ada ayah yang tega kabur-kaburan! (massoes)