Thursday, 05 December 2019

Kwalitas Pendidikan Menurun “Pendidikan Seks” Meningkat

Kamis, 5 Desember 2019 — 6:55 WIB
sentilan pendidikan

SEJAK merdeka, Indonesia sudah 11 ganti kurikulum pendidikan. Mentri PDK sampai Mendikbud datang pergi dengan konsep masing-masing, tapi hasilnya murid dan guru selalu menjadi kelinci percobaan kurikulum. Survey PISA 2018 menyebutkan, mutu pendidikan RI makin menurun. Di lapangan “pendidikan seks” via intenet meningkat.

Setiap ganti ganti kabinet, kalangan guru selalu dihantui pertanyan, “ada kurikulum apa lagi ini? Kita siap-siap saja jadi kelinci percobaaannya.”

Dan benar saja, guru dan murid harus menyesuaikan diri dengan konsep pendidikan Bapak Menteri yang baru. Mereka harus belajar lagi.

Maka tak mengherankan, sejak Indonesia merdeka sampai era reformasi sekarang, kita sudah berganti kurikulum 11 kali. Yang masih hangat dalam ingatan guru dan murid, adalah kurikulum oplosan ala Mendikbud Anies Baswedan, karena kurikulum 2006 dipaksa jalan bareng dengan kurikulum 2015. Bir oplosan saja bikin mabok, apa lagi kurikulum oplosan.

Sebetulnya kurikulum Pak Menteri dari jaman PDK sampai Mendikbud sekarang, kebanyakan masih konsep coba-coba. Mungkin begini pas, mungkin begitu yang pas. Tapi hasilnya produk pendidikan kita belum memuaskan, serapan di pasar kerja tidak maksimal. Maka tibalah pada “vonis” survey PISA (Program for International Student Assessment) bahwa mutu pendidikan di Indonesia makin jeblok.

Tapi di sisi lain, gara-gara pengaruh internet, mutu “pendidikan seks” semakin meningkat, sebab dari SD hingga SMA kebanyakan sudah paham soal seks gara-gara nonton video bokep di HP, termasuk juga lewat warnet.

Indikasinya, banyak terjadi perkosaan, pencabulan pada ABG dan yang masih di bawah umur. Berita bayi dibunuh gara-gara korban kecelakaan ranjang juga makin sering terjadi, termasuk pamer kemaluan di depan umum, serta teror lempar sperma.

Ini tantangan bagi Presiden Jokowi. Melalui Mendikbud Nadiem Makarim diusahakan anak muda jaman now jadi berkualitas, lulusannya siap pakai baik di perkantoran mupun industri. Mereka siap menciptakan kerja, bukan mencari kerja. Kasihan memang Pak Guru dan muridnya, setiap hari belajar dan mengajar, hasilnya begitu-begitu juga. (gunarso ts)