Friday, 06 December 2019

Mengejar Rezeki Sampai Mati

Kamis, 5 Desember 2019 — 8:29 WIB
rezeki

PERGI pagi pulang pagi untuk mengais rezeki. Ya, syukur kalau dompet bisa terisi?  Dan ada yang pergi jauh, sampai tiga Lebaran nggak pulang-pulang, tak membawa uang. Ada yang begitu?

Jadi seharusnya bolehlah koreksi. Mengapa begitu? Kok, yang lain bisa membawa uang sekarung? Kok, lainnya nggak bisa? Mengapa? Boleh bertanya, tapi juga harus dikaji, dan renungkanlah!

O, iya ternyata mereka begini-begitu, usaha lancar karena ya, pertama serius, pas yang diusahakan sesaui dengan keinginan atau bakatnya. Mereka berdagang, misalnya, nggak curang, takaran sesuai dengn timbangan. Cari untung nggak perlu besar, kecil tapi terus menerus. Tak ingkar janji, tepat waktu, barang yang dijual bagus, nggak menipu! Dan seterusnya.

Bekerja di pabrik, di kantor, proyek juga rajin, disiplin. Nggak pernah lalai dengan  tugas, sesuai prosedur. Kalau tukang atau kenek bangunan proyek, bikin adukan semen pasir sesuai hitungan. Nggak pernah dikurang-kurangi. Soalnya, jika curang, maka bangunan bisa ambruk sebelum waktunya. Banyak contoh, sudah pada paham. Banyak korban tertimbun ambruknya bangunan yang  rentan!

Nah, ada yang kerja keras, tapi hasilnya  nggak berkah. Padahal, kayaknya dia dapat uang banyak, tapi  ternyata buat foya-foya di dunia malam, asyik dengan pelukan wanita. Kaya lagu, kalau ngopi, ya ke pedagang kopi lendot? Dimana, si penjual, cewek-cewek ayu dan wangi, ngelendot sambil meraba kantong dan donpet si pelanggan. Ya, habislah!

Jadi klau begitu, duit banyak tapi nggak ada bekasnya, capek doang, karena buat foya-foya. Bahkan keluarganya juga dilupakan!  Itulah yang disebut cari rezeki mati-matian sampai mati. Hasilnya habis nggak jelas, dimakan setan! (massoes)