INILAH karakter buruk pejabat kita, suka minta diistimewakan, minta pelayanan bebas dari bea! Rupanya Dirut Garuda, AA, begitu juga. Bawa motor gede dari Prancis maunya gratis, mentang-mentang yang punya pesawat. Menteri BUMN Erick Tohir tak mau tahu, ini sudah termasuk penyelundupan. Maka Dirut Garuda itu dicopot. Tragis!
Di awal-awal kemerdekaan Bung Karno sempat dibuat bingung, rakyat naik bis dan kereta api ada yang protes ketika ditarik karcis oleh kondektur. “Masak, sudah jadi bangsa merdeka, naik bis dan kereta api bangsa sendiri kok masih bayar?” begitu keluh rakyat. Mereka lupa bahwa kendaraan umum itu perlu bahan bakar, perawatan, dan ongkos untuk yang mengemudikan.
Mental seperti itu ternyata belum terkikis habis. Adalah AA, Dirut Garuda, dia mencoba aji mumpung sesuai dengan jabatannya. Mumpung ada pembelian pesawat baru dari Prancis, ketimbang bagasi ngglondang (tanpa muatan) apa salahnya diisi barang miliknya.
Sejak 2018 beliaunya sudah pesan moge antik Harley Davidson ‘70 dan sepeda Brompton. Dan pada 17 Nopember lalu barang-barang tersebut dikirim ke Indonesia numpang pesawat Garuda A330-900 yang baru saja dibeli dari Prancis. Dalam pemeriksaan kepabeanan, ternyata barang-barang tersebut tak melalui prosedur resmi, sehingga masuk kategori penyelundupan.
Barang tersebut tak hanya melulu milik Dirut, tapi juga pejabat Garuda yang lain. Kementrian Keuangan mengklaim, kerugian negara mencapai Rp1,5 miliar gara-gara ada pejabat negara yang tidak taat azas itu.
Mentri BUMN Erick Tohir kemarin mengancam, agar para pejabat Garuda yang terlibat penyelundupan ini segera mengundurkan diri. Tapi tak juga direspon, kecuali hanya klarifikasi dari menejemen Garuda bahwa berita yang beredar selama ini tidak benar adanya.
Erick Tohir pun kemarin sore benar-benar mencopot Dirut Garuda, AA. Tapi tak hanya berheti sampai di situ. Sejumlah pejabat Garuda yang terlibat juga akan kena sanksi yang sama. Ironis memang, maunya cari yang gratis, malah berakhir tragis.
Dari 142 BUMN di Indonesia, Garuda adalah termasuk BUMN yang kondisinya tidak menggembirakan, tiap tahun rugi melulu. Tahun 2018 misalnya, kerugian itu mencapai Rp2,45 triliun. Belum jelas yang tahun ini. Ironis kan, ketika keuangan berdarahdarah, direksinya bawa barang saja maunya gratis. (gunarso ts)