DI jagad medsos, orang yang kehilangan akal sehatnya disebut kebanyakan micin. Haris, 30, lelaki di Palembang ini rupanya begitu juga. Hanya diberi tahu teman bahwa istrinya, Rohma, 24, punya PIL, langsung percaya. Karena ngeyel saat tabayun, Haris tega menyiramkan air panas. Ya melepuh sekujur tubuhlah.
Sejak jaman Orde Baru dulu, rakyat diminta waspada menghadapi isu, apa lagi yang dilempar oleh para OTB (Organisasi Tanpa Bentuk). Tapi di jaman itu orang tak semudah sekarang bikin berita hoaks, karena begitu ketahuan dalangnya langsung dicomot dan hilang, praktis dan ekonomis. Beda dengan sekarang, penyebar hoaks paling divonis 2 tahun, dan setelah bebas bikin hoaks lagi.
Adalah Haris yang menikah dengan Rohma. Mereka tergolong keluarga muda dan baru. Kelihatannya mereka rukun sekali, bagaikan mur sama bautnya, tak bisa dipisahkan. Ke mana saja selalu berdua-dua. Nampaknya serasi benar, cowoknya ganteng istrinya juga cantik.
Rupanya ada seseorang yang merasa isi akan kebahagiaan keluarga muda ini. Kebetulan sekali dia adalah juga teman dekat Haris sendiri. Bak setan doyan sambel kata orang Jawa Pelembang, Mister X ini senang jika rumahtangga Haris-Rohma terjadi konflik, sukur-sukur yang horizontal. Entah apa yang menjadi motifnya, jangan-jangan bila keduanya ribut, dia mau ambil kesempatan mencari yang lebih sempit.
Dengan modal kata “aku kasihan sama kamu”, mulailah Mr X menggerpol Haris bahwa istrinya punya PIL. Melihat perilaku Rohma selama ini, jelas kabar miring itu tak berdasar, sekedar isu belaka. Sayangnya ketika Orde Baru masih berkuasa, Haris masih bocah. Karenanya dia tak pernah tahu Menpen Harmoko mengingatkan rakyat lewat TVRI, “jangan mudah termakan isu!”
Ditambah lagi Haris ini hanya lulusan SMA kelas jauh, kebanyakan makan micin pulak. Maka segala omongan Mr X ditelan mentah-mentah. Tanpa mau klarifikasi secara baik, atau Tabayun menurut istilah MUI, dia hakul yakin bahwa Rohma memang punya PIL. Dia jadi marah karena merasa dikontesasikan, ditanding-tandingkan.
“Hei bangsat, kamu punya selingkuhan ya?” gertak Haris begitu tiba di rumah tanpa basa-basi.
Tentu saja Rohma kaget, ngomong apa ini orang, kok pemilihan katanya buruk sekali. Jaman sekolah dulu, jangan-jangan nilai Bahasa Indonesianya hanya 5, atau malah saat pelajaran Bahasa Indonesia, Haris kecil tidak masuk?
Tentu saja Rohma menolak tuduhan itu. Dari garis keluarganya, tak ada DNA-nya tukang selingkuh sampai embah buyutnya. Balik dia bertanya, siapa penebar isu itu? Tapi Haris tak mau mengaku dengan alasan: dari sumber yang layak dipercaya. Di sisi lain dia juga menjelaskan, dia punya hak tolak untuk menyebutkan siapa sumbernya. Lagaknya seperti Pemred koran saja.
Keduanya pun bertikai di dapur, mempetahankan keyakinan masing-masing. Rohma menolak dituduh selingkuh. Sedangkan Haris yakin bininya punya PIL. Padahal dalam ilmu Fiqih, menuduh seseorang berzina harus ada saksinya, yang mengetahui persis ketika tertuduh sedang main “kuda lumping”.
Saking emosinya omongannya didebat terus, Haris lalu menyiramkan air panas dari termos, byurrr. Tentu saja Rohma berteriak histeris dan kelojotan. Para tetangga segera membawanya ke rumah sakit terdekat, sementara polisi dari Polsek Seberang Ulu segera menangkap Haris. Dalam pemeriksaan dia mengakui bahwa isu istri selingkuh dari temannya.
Ingat, jangan termakan isu, kalau makan iso boleh asal siap terkena kolesterol. (gnarso ts)