SIAPA bilang warga suku Baduy tidak mau mengenal teknologi. Buktinya, geliat penggunaan teknologi ponsel sudah mereka manfaatkan. Bahkan beberapa warga Baduy Luar, seperti Mursid, kini menjalankan bisnis online meski tak pernah mengenyam pendidikan formal.
Mursid, warga asal Kampung Cemlaka sudah memanfaatkan alat komunikasi ini untuk menjalankan bisnisnya secara online. Pria tampan yang dikenal berpenampilan kalem ini walau tak pernah mengenyam bangku sekolah, ternyata sangat mahir menggunakan ponsel untuk berkomunikasi dan menjalankan bisnis online.
Mursid menggunakan aplikasi Instagram untuk berjualan aneka kerajinan khas suku Baduy, mulai dari hasil tenun hingga produk lainnya seperti madu atau olehan jahe dan tas anyaman. Lewat akun pribadinya @baduymursid, ia sangat aktif mempromosikan berbagai produk khas Baduy.
Dia menceritakan bahwa dirinya mulai manfaatkan handphone bermula saat keluar dari kawasan Baduy Dalam sekitar tahun 2010. Untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari, ia jualan pisang dan gula aren.
Di saat luang membuat aren, ia manfaatkan waktu untuk belajar menggunakan handphone dan sedikit-sedikit membaca melalui rekan-rekannya yang sudah terlebih dahulu mampu.
Begitu tahun 2015, ia mulai lancar menggunakan handhphone lantas berinisiatif berjualan di media sosial seperti Facebook. Di samping itu, Mursid kenal dengan dunia luar dan ikut di berbagai pameran kerajinan khas Baduy.
“Bikin gula aren ini cape banget, siang ngambil kayu bakar, malam masak gula, terus beralih suka ikut pameran produk Baduy mulai dari tenun, madu sama bandrek,” kata Mursid.
Ikut Pameran
Karena orang Baduy Luar tak dilarang menggunakan kendaraan bermotor, Mursid lalu ikut pameran di berbagai daerah mulai dari Jakarta, Solo, Jogja bahkan sampai ke Makasar. Paling banyak, ia membawa tenun Baduy yang jadi ciri khas karena dibuat dari bahan alam. Ternyata produk khas Baduy banyak diminati.
Dari situ, ia kemudian berinisiatif menjual produk Baduy secara online di Instagram. Pengikutnya sekarang sudah sekitar 4.400-an dengan pemesan dari Jakarta, Jawa Tengah, Bali, Bandung sampai Kalimantan. Bahkan, sesekali ada pemesan yang datang dari Brunai Darussalam.
“Di Instagram laku, dulu di Facebook yang pesan juga banyak khususnya yang dibuat dengan pewarna alam,” ujarnya, seraya menyebut jika ada pemesanan ia menggunakan jasa pengiriman barang dengan datang ke Rangkasbitung.
Tantangan bisnis online yang digelutinya adalah tak ada listrik di kawasan Baduy termasuk di Baduy Luar. Setiap hari, ia pun turun bukit ke luar kawasan Baduy untuk mengisi daya ponselnya.
“Kalau ngecas HP ke Ciboleger di sana ada tempat ngecas,” katanya.
Meski sudah akrab dengan teknologi, Mursid mengaku tak meningggalkan aturan adat untuk bertani. Menurutnya, ciri orang Baduy adalah menggarap pertanian. Saban hari, ia pun mengurus pertanian bersama istrinya untuk menamam padi, jahe atau kencur.
“Nggak bisa ditinggalin itu mah, kalau sudah berkeluarga harus tani,” ucap ayah satu anak ini. (haryono/fs)