INDRAMAYU – “Tugas” petani Indramayu memproduksi padi ternyata tidak mudah. Berbagai kendala acapkali menghadang. Terutama yang berkaitan dengan cuaca, seperti musim kemarau yang sering kekeringan, musim penghujan yang sering kebanjiran, juga terjadinya gangguan hama atau Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).
Seperti yang terjadi sekarang ini, cuaca nampaknya bergeser, sehingga membuyarkan jadwal tanam padi yang sudah disusun stake holder atau pemangku kebijakan, dalam hal ini; Dinas Pertanian Indramayu.
Dalam kondisi cuaca normal, biasanya memasuki bulan Oktober, para petani di Kabupaten Indramayu sudah mulai melakukan penananam padi. Atau setidaknya melakukan pengolahan sawah. Namun pada Musim Tanam (MT) 2019 ini, jadwal tanam padi ternyata molor atau bergeser.
Sudah memasuki bulan Desember 2019, sawah-sawah di Indramayu yang luasnya mencapai puluhan ribu hektar masih dalam kondisi menganggur. Sebagian petani masih belum mulai melakukan pengolahan lahan ataupun melakukan penanaman padi. Hal itu karena banyak sawah di Kabupaten Indramayu yang kondisinya masih kering-kerontang, sementara untuk menanam padi, para petani cenderung menunggu sawah digenangi air.
Meskipun demikian sebagian petani di Kecamatan Kroya “nekad” melakukan percepatan pengolahan sawah. Kendati sawahnya saat ini masih kering atau belum berair, tapi para petani sudah memaksakan diri mengolahan sawah. Pengolahan sawah yang belum berair ini diistilahkan Dinas Pertanian Indramayu sebagai kegiatan pengolahan lahan kering.
Pengolahan lahan kering ini dilakukan para petani di Kecamatan Kroya karena status sawah mereka bukan beririgasi teknis. Melainkan sawah tadah hujan. Makanya sambil menunggu turunnya hujan yang membasahi sawah mereka para petani sudah lebih dahulu melakukan pengolahan lahan kering.
Pengolahan lahan kering ini sebenarnya beresiko. Jika hujan yang dinanti-nantikan para petani tidak kunjung turun, maka resikonya lahan persemaian atau lahan bibit padi itu cenderung akan mati. Dengan demikian petani akan menanggung rugi.
“Memang sebelum kita melakukan pengolahan lahan kering atau sawah yang belum berair, kita terlebih dahulu telah memperhitungkan waktu, kapan terjadinya hujan. Meskipun demikian yang namanya perhitungan manusia itu terkadang sering tidak tepat,” ujar Effendi, 60.
Karena sawah di Kecamatan Kroya umumnya tidak didukung jaringan irigasi teknis para petani di Kecamatan Kroya menanam padi mengandalkan turunnya air hujan. “Kalau hujannya datang bibit tanaman padi bisa tumbuh, kalau hujannya tidak datang otomatis bibit tanaman padi yang sudah ada di persemaian akan mati menguning,” katanya.
Para petani di Kecamatan Kroya ini bisa dibilang kurang beruntung, dibandingkan petani di wilayah lain yang sawahnya beririgasi teknis, sehingga bisa tanam padi dua sampai tiga sekali setahun.
“Kalau petani di Kecamatan Kroya kebanyakan menanam padi itu hanya sekali dalam setahun. Waktunya dilakukan pada Musim Tanam (MT) Rendeng atau musim penghujan,” katanya.
Sekalipun begitu, banyak petani di Kecamatan Kroya yang nekad menanam padi dua kali setahun yaitu MT Rendeng dan MT Gadu. “Tapi ya resikonya tanam padi MT Gadu atau tanam padi musim kemarau itu seringkali tidak panen, karena kekeringan,” ujarnya.
Menanggapi bergesernya jadwal tanam padi akibat kemarau panjang, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang mengaku, pada MT Rendeng 2019/2020 ini terjadi pergeseran waktu tanam padi.
Ini terjadi akibat pengaruh cuaca, yaitu kemarau yang panjang. “Ya betul, musim tanam padi sekarang ini waktunya bergeser, karena pengaruh cuaca atau musim kemarau,” ujarnya.
Ketika ditanya, apakah untung ruginya terjadi pergeseran jadwal tanam padi, Sutatang mengemukakan, pergeseran masa tanam padi lantaran kemarau yang panjang ini akan berpengaruh terhadap jadwal tanam padi yang dilakukan serempak.
Biasanya pada saat cuaca normal para petani tidak serempak menanam padi namun pada saat sekarang ini, petani cenderung menanam padi dalam waktu serempak atau bersamaan.
Tanam padi serempak tentunya akan berpengaruh terhadap ketersediaan pupuk, bibit, pestisida dan sebagainya. Karena para petani dalam waktu bersamaan membutuhkan bibit, pupuk dan sebagainya.
Masalahnya, bagaimana dengan stok atau ketersediaan bibit, pupuk, pestisida. “Pergeseran musim tanam padi akan berdampak kepada tanam serempak dan kebutuhan pupuk pasti serempak juga,” ujar Sutatang.
Inilah yang harus dilakukan antisipasi, khususnya produsen pupuk. Jangan sampai pada saat para petani memerlukan pupuk serempak, stok atau persediaan pupuk di kios-kios Saprodi (Sarana Produksi Pertanian) menipis atau bahkan langka. Maka yang terjadi harga pupuk akan melambung tinggi di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).
Selain ancaman kekeringan, pertanaman padi di Indramayu juga rentan diganggu kondisi alam yang kurang bersahabat, seperti banjir lantaran curah hujan yang tinggi. Ribuan hektar tanaman padi di sejumlah kecamatan di Kabupaten Indramayu, khususnya yang berada di tepi pantai, pada musim penghujan, menjadi daerah langganan banjir.
Pesawahan yang rawan banjir itu sering dialami di Kecamatan Losarang, Kandanghaur, Patrol, Sukra, Arahan dan Sindang. Terhadap sawah yang sering kebanjiran ini para petani sebetulnya sudah sering kali berteriak-teriak minta agar saluran air pembuang dinormalisasi.
Masalahnya, banyak saluran air pembuang kondisinya sudah dangkal, sempit dan dipenuhi tumbuhan liar seperti eceng gondok. Akibatnya, saluran air pembuang itu tidak dapat berfungsi maksimal mengalirkan air yang menggenangi pesawahan.
Oleh sebab itu, kata salah seorang Effendi saat ini perlu segera dilakukan normalisasi saluran air pembuang. Supaya pada saat memasuki musim penghujan dimana curah hujan di atas normal tidak terjadi genangan atau banjir, karena airnya dapat dengan segera mengalir ke laut.
Ancaman tanaman padi di Indramayu tak terbatas pada gangguan alam seperti kekeringan dan kebanjiran saja. Tapi juga berkecamuknya hama atau Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang seringkali menyengsarakan para petani.
Hama yang sering menyerang tanaman padi itu sangat beragam. Sebut saja misalnya hama tikus, keong emas, beluk, sundep, wereng coklat disamping jamur atau parasit. Namun yang sangat rentan terjadi dan menyengsarakan petani adalah gangguan hama tikus, beluk, sundep dan wereng coklat. (taryani/win)