Sunday, 15 December 2019

Menteri KKP Sebut Potensi Laut Indonesia Belum Optimal Dimanfaatkan

Sabtu, 14 Desember 2019 — 19:05 WIB
Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo sedang memperagakan masak ikan.(ist)

Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo sedang memperagakan masak ikan.(ist)

JAKARTA – Potensi laut Indonesia yang besar belum dimanfaatkan secara optimal.

Hal ini dikatakan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo,usai mengumumkan pemenang lomba Masak Serba Ikan Tingkat Nasional 2019 yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Sabtu (14/12/2019).

Menurut Edhy, Indonesia memiliki luas perairan 6,4 juta km2 dan panjang garis pantai 108.000 km. Dari hamparan perairan laut dan darat, Indonesia memiliki potensi lestari perikanan tangkap 12,54 juta ton/tahun.

Sementara di bidang budidaya, Indonesia memiliki potensi budidaya air tawar 2,83 juta Ha, budidaya air payau 2,96 juta Ha, dan budidaya laut 12,12 juta Ha. Namun pemanfaatan ketiganya masih sangat rendah yaitu masing-masing 10,7%, 21,9%, dan 2,7%.

“Perairan kita juga kaya akan spesies ikan. Setidaknya terdapat 8.500 spesies ikan, 555 spesies rumput laut, dan 950 spesies biota terumbu karang,” jelas Edhy

Selain potensi sumber daya hayati tersebut, menurut Edhy Indonesia juga memiliki potensi pengembangan wisata bahari, deep sea water, Ocean Thermal Energy Conversion/OTEC, bioteknologi, industri maritim, jasa kelautan, produksi garam dan turunannya, serta biofarmakologi laut.

“Kekayaan sumber daya kelautan dan perikanan beragam dan melimpah di hampir sebagian besar wilayah merupakan anugerah bagi Bangsa Indonesia. Ini harus kita manfaatkan sebagai penggerak ekonomi nasional, penyedia lapangan kerja, penghasil devisa, serta pendukung terwujudnya ketahanan pangan dan gizi nasional,” paparnya.

 Stunting

Namun Menteri Edhy menyayangkan, di tengah kekayaan tersebut, saat ini masyarakat Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2018) yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan, salah satu permasalahan gizi di Indonesia yaitu pertumbuhan stunting/hambatan pertumbuhan tubuh (30,8%).

“Artinya, satu dari tiga Balita di Indonesia mengalami gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis,” imbuhnya.

Stunting tidak hanya berpengaruh pada penurunan produktivitas namun juga berdampak pada penurunan kecerdasan dan mengakibatkan kerentanan terhadap penyakit.

“Ikan ini mengandung protein, Omega 3 (EPA dan DHA), mineral, dan banyak vitamin yang tidak hanya baik bagi pertumbuhan tubuh, tetapi juga kecerdasan otak. Oleh karena itu, saya mengajak para siswa agar menyukai ikan dan menjadikan ikan sebagai menu wajib sehari-hari,” tegasnya.

Menteri Edhy juga menyebut, kandungan gizi pada ikan jauh lebih baik daripada kandungan pada daging merah dan ayam. Selain itu, harganya juga jauh lebih murah. (tri)