APA itu sampah? Sudah kenal semua ya? Sampah secara material, dan sampah sebagai perumpamaan. ‘Sampah berserakan di halaman, di jalan, di terminal bus. Sampah menggunung di TPS, menimbulkan bau tak sedap, sangat menggangu masyarakat sekitar’. Itu sampah realitas.
“Dasar sampah masyarakat!” maki seseorang pada orang yang sangat mengganggu masyarakat, karena tingkah dan perbuatannya yang tercela.
Kata ’sampah’ perumpamaan, misalnya manusia sudah tidak lagi dihargai. Bayangkan sampah adalah sesuatu yang sudah tidak terpakai dan harus dibuang, disingkirkan. Begitu juga, manusia, yang disebut sampah tadi, harus dibuang?
Hemm, sebetulnya masih banyak jalan, ya untuk memperbaiki diri, sehingga yang sampah tadi bisa kembali berguna. Begitu juga sampah betulan, atau sampah secara pisik. Apakah itu yang dihasilkan oleh rumah tangga atau pabrik, yang jenisnya bermacam-macam serta jumlahnya juga sangat luar biasa banyaknya.
Nah, barangkali ada sebagian masyarakat yang nggak peduli, kemana sampah yang selama ini dia hasilkan, kemana sampah perginya. Ya, paling banter sampah dibuang ke tempat pembungan sementara dan berikutnya ditampung di TPS. Di sini sampah akan dikelola, dan akan lebih berdaya guna. Tapi, belakangan tempat pembuangan sampah di Bekasi menjadi masalah serius. Bekasi sebagai tempat pembuangan, dan DKI Jakarta sebagai yang membuang kayaknya lagi ada masalah.
Nggak mau ikut campur, tapi berharap masalahnya bisa diselesaikan dengan baik. Sampah, apakah itu yang riel atau perumpamaan. Keduanya sangatlah tidak mengenakkan. Tapi, siapa sangka kalau sampah juga bisa menghasilkan nilai ekonomi yang bagus. Begitu pula ’sampah masyarakat’ jika ada kemauan bisa kembali bersih, menjadi manusia yang baik. Nggak enak rasanya, jika sepanjang hidup jadi ‘sampah’ terus? – (massoes)