MATRAMAN – Sedikitnya dua rumah warga di Jalan Kayu Manis IX, RT 004/08 Matraman, Jakarta Timur, roboh. Hal itu disebabkan proyek pembangunan saluran air yang mengakibatkan fondasi rumah tergerus dan bagian rumah tersebut berantakan.
Rumah yang diketahui milik Joko Suseno dan Lia, ambruk pada Jumat (13/12/2019) malam sekitar pukul 23.30. Kala itu kedua pemilik rumah kaget saat rumahnya langsung ambruk karena terdampak proyek galian saluran air.
Novi (47), warga mengatakan, ambruknya rumah itu disebabkan proyek perbaikan saluran air memakan fondasi rumah warga. Pasalnya, sejak pengerjaan saluran air, pekerja merusak salah satu tiang penyangganya dan sudah mulai goyang sejak ada pengerjaan proyek tersebut. “Malamnya langsung ambruk, untungnya nggak ada korban saat kejadian itu,” katanya, Minggu (15/12/2019).
Dikatakan Novi, akibat hal itu, ia juga mulai khawatir rumahnya akan bernasib seperti kedua tetangganya. Terlebih, galian saluran air terlalu berdekatan dengan tiang fondasi rumahnya. “Ya jelas takutlah, ini rumah saya juga sudah mulai goyang-goyang, saya khawatir sebentar lagi juga ikut jadi korban,” ujarnya.
Bila nanti rumahnya juga jadi korban, Novi mengaku akan menuntut ganti rugi pada kontraktor dan Pemprov DKI yang membangun proyek galian itu. Jangan sampai proyek yang awalnya agar terhindar dari genangan, malah menyusahkan warga. “Ya harus minta ganti rugilah, masa proyek kok nyusahin warga,” ungkapnya
Ketua RT 04, Dody mengatakan, ambruknya rumah warga disebabkan dari kelalaian pekerja. Apalagi, lemahnya pengawasan yang membuat tukang menggali hingga menyentuh fondasi. “Pengawas juga datangnya beberapa hari sekali, makanya pekerja jadi buat semaunya,” ujarnya.
Ditambahkan Dody, selain merusak fondasi yang berujung robohnya rumah warga, satu tiang listrik juga jadi korban. Saat ini kondisinya nyaris miring dan warga juga khawatir ambruk. “Belum lagi puing-puing bekas galian yang menutupi akses rumah warga. Komplit lah, banyak kesalahannya,” tambah Dody.
Sepengetahuan Dody, pengerjaan proyek yang sudah berlangsung sekitar dua bulan itu ditarget rampung hingga tanggal 20 Desember. Namun saat awal pengerjaan, proyek sempat terlambat tujuh hari dari tanggal yang disampaikan lewat surat pemberitahuan pengerjaan. “Kami juga berharap kontraktor yang ada profesional, jangan malah menyusahkan warga seperti ini,” ungkapnya.
Terkait hal itu, Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI, Juaini Yusuf mengatakan, ambruknya rumah warga karena kinerja kontraktor cenderung buruk karena baru bermitra dengan Pemprov DKI. Terlebih saat ini, kontraktor yang masuk dalam e-katalog lalu terpilih sebelumnya tak pernah terlibat. “Karena baru, jadi banyak PT yang kita belum tahu kualitasnya. Sekarang ini kerjaannya kelihatan di sini baru ketahuan,” terangnya.
Meski begitu, Juani mengaku, belum dapat memastikan berapa banyak kontraktor yang di-black list karena buruknya pengerjaan saluran air selama tahun 2019. Menurutnya, jika hingga tenggat waktu kontraktor perjanjian proyek belum juga kelar, pihaknya bakal melakukan evaluasi. “Kalau memang jelek kita evaluasi, tahun berikutnya mungkin kita enggak pakai lagi,” ungkapnya.
Perihal nasib kontraktor yang membuat rumah warga roboh dia belum memastikan. Karena seluruh proyek saluran air di lima wilayah Jakarta, ditangani masing-masing Sudin SDA setempat yang punya kewenangan melakukan black list. “Kalau sudah melewati dan bobotnya juga enggak seusai dengan yang direncanakan harus ada sikap juga dari Kasudinnya,” tuturnya. (ifand/ys)