JAKARTA – Puluhan kapal kayu milik nelayan banyak bersandar di kawasan Kalibaru, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, sejak beberapa pekan belakangan. Para pemiliknya pun, mengaku terpaksa memilih tidak melaut karena gelombang yang tinggi pada musim angin barat saat seperti ini.
Mustajab, salah satu nelayan mengaku tidak berani mengambil resiko dengan tetap melaut. “Ya kalau sudah kayak begini siapa yang mau ngambil resiko, mending pilih bersandar saja,” ungkapnya di kawasan kampung nelayan, Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara, Minggu (15/12/2019).
Dengan konsekuensi dapur rumahnya yang tidak ngebul, bapak 2 anak itu mengaku pasrah sambil berharap adanya bantuan pemerintah. “Biasanya kalau sudah kayak begini, istri juga ngerti,” ujar Mustajab sambil mengatakan bahwa musim angin barat rutin pada akhir tahun.
Hal serupa juga diungkapkan Suryana, nelayan lainnya di Kalibaru. Kondisi yang kerap terulangnya setiap musim tersebut, ditanganinya dengan cara beralih profesi sebagai pekerja serabutan agar tetap dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya.
“Ya kadang saya ikut teman bantu-bantu di darat kerja kuli bangunan, atau apa saja asalkan bisa bawa uang buat makan,” paparnya.
Sementara itu, kondisi ini juga ikut dialami nelayan di Muara Angke, Penjaringan. Banyak dari mereka tidak berani melaut pada saat musim angin barat, karena gelombang laut tinggi . Banyak dari mereka juga, menuju kebutuhan hidup dengan berhutang ke tetangga.
Sebagaimana diketahui, musim angin barat sendiri, biasa terjadi pada akhir hingga pergantian tahun. Pada musim ini, gelombang air laut selalu tinggi dan bagi para nelayan ikan yang menggunakan kapal kayu kecil sangat beresiko tinggi. (deny/ys)