JAKARTA — Neraca perdagangan Indonesia sepanjang Januari-November 2019 mengalami defisit mencapai US$ 3,11 miliar setara hampir Rp 43,5 trilyun dengan kurs Rp 14.000/dolar AS. Badan Pusat Statistik mencatat defisit itu dikarenakan angka ekspor & impor sama-sama melorot.
“Realisasi defisit ini masih lebih rendah ketimbang periode Januari-November 2018 sebesar US$7,6 miliar,” ujar Kepala BPS, Suhariyanto kepada wartawan, Selasa (17/12/2019). “Memang ada surplus perdagangan karena nilai ekspor hanya US$14,01, sedangkan impor mencapai US$15,34 miliar.”
Dijelaskannya, kondisi itu dikarenakan nilai ekspor tercatat turun 6,17 persen dari bulan sebelumnya sedangkan impor pun turun 3,94 persen dari Oktober 2019. Khusus ekspor, katanya, nilai ekspor minyak dan gas (migas) sebenarnya naik 20,66 persen menjadi US$1,1 miliar.
Sementara, ekspor non migas tercatat sebesar US$12,9 miliar atau turun 7,92 persen.
Bagi Kepala BPS, kondisi itu sudah diingatkannya sejak dua bulan lalu bahwa ada tantangan sangat luar biasa sehingga perlu ekstra hati-hati karena ekonomi melambat.
“Perdagangan internasional melambat, permintaan turun,” ucapnya saat itu, Senin (16/10). (rinaldi/win)