JIKA ada generasi milenial rusak, salah satunya adalah Ferdi (20), pemuda dari Palembang ini. Dalam usia begitu muda, sudah doyan wanita jalang. Saking kebeletnya, tak punya uang pun nekad “jajan” di rumah kos-kosan Heni (23). WTS-nyapun teriak. Dalam kondisi bugil Ferdi kabur menyelamatkan diri dari kejaran massa.
Dalam sebuah hadist Kanjeng Nabi mengingatkan, segeralah kawin bagi yang mampu. Untuk yang tidak mampu sebaiknya berpuasa saja, karena berpuasa itu menurunkan syahwat.
Bung Karno juga pernah mengolok-olok insinyur kita, yang baru berani menikah jika sudah punya gaji dan rumah. “Lihat tuh tukang becak, modal tikar saja berani menikah,” kata Bung Karno.
Ferdi warga Kemuning Palembang, adalah anak muda milenial yang sial! Dalam usia empat pelita, kuliah tidak kerja juga tidak. Mengharapkan kartu Pra Kerja Presiden Jokowi, juga masih dalam proses. Tapi meski pengangguran, urusan perut kan tidak bisa ditunda. Kebutuhan itu harus dipenuhi meski itu menjadi beban orangtuanya.
Celakanya, dalam kondisi nganggur Ferdi tidak melulu memikirkan urusan perut, tapi juga yang di bawah perut. Celakanya dia tak punya sumber ekonomi untuk mendukung ambisinya itu. Maka peribahasa kotemporer mengatakan, “Maksud hati memeluk gadis, apa daya keuangan tak nyampai!”
Jika merujuk hadits Nabi, mestinya Ferdi memperbanyak puasa. Tapi anak muda milenial model dia mana mampu. Jangankan sekedar puasa sunah, sedangkan yang wajib di bulan Ramadan saja dia berpuasa model “pasa kendang”, kata orang Jawa Palembang.
Artinya, puasa hanya pada 1 Ramadan dan nanti tanggal 29 atau 30 Ramadan saja. Jika dia yakin akhir Ramadan 30, sedangkan Menag umumkan tgl. 29, akhirnya puasa Ferdi tanpa penutup.
Sebagai anak muda yang masih enerjik, kaya vitamin dan carbohidrat, hasrat atau nafsu syahwatnya terus menggebu-gebu, ingin penyaluran. Apa Ferdi tak punya pacar?
Ya mana ada cewek mau dipacari cowok yang tampang jelek dan kemiskinannya berbanding lurus. Biar jelek, kalau jadi Wamen atau staf khusus, nggak apalah. Lha Ferdi ini apa, sudah jelek, miskinnya mentok gardan pula.
Seperti yang terjadi beberapa hari lalu, dalam kondisi bokek luar biasa kok hasratnya menggebu-gebu. Lewat aplikasi chatt online, dia kemudian kenal dengan cewek bispak (bisa dipakai) bernama Heni. Terjadilah transaksi, dan eksekusi akan dilaksanakan di rumah kos-kosan Heni di kampung Ario Kemuning.
Ferdi pun malam itu mendatangi rumah kos-kosan Heni, dan segeralah terjadi “pertempuran” seru satu lawan satu. Peluit panjang terdengar dan permainan selesai. Sialnya, belum juga Ferdi berpakaian, Heni sudah minta bayaran. Karena niatnya memang mau gratisan macam jalan tol Japek hari pertama, Ferdi malah mengeluarkan pisau dan menyayat leher Heni.
Tentu saja Heni berteriak histeris, dan warga penghuni kamar kos lain menggeruduknya. Takut dihajar massa, Ferdi pun kabur meski dalam kondisi telanjang bulat. Memang berhasil selamat dia.
Tapi karena data KTP tertinggal di kamar Heni, polisi dengan mudah dan melacaknya. “Saya sudah konak, tapi nggak punya uang Pak.” Kata Ferdi di depan polisi.
Dalam kondisi darurat, kan bisa dikilik ente punya kuping. (JS.Com/Gunarso TS)