HUJAN lagi, banjir lagi. Itu yang menerpa Jakarta setiap tahun. Begitu pun hujan deras yang mengguyur hampir seluruh wilayah Jakarta, Selasa (17/12/2019) siang, membuat sejumlah ruas jalan utama terendam dengan tinggi genangan sekitar 20 cm.
Di antaranya kawasan Atmajaya, Sudirman, tol dalam kota Kuningan arah Cawang, Jalan Asia Afrika depan Plaza Senayan, Jalan Dr. Satrio, Kuningan, FX Senayan, Simpang Tomang, Gunung Sahari Mangga Dua, dan Kramat Raya.
Kawasan lain, Bukit Duri, Tebet, dan Grogol Utara, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, juga terendam air setinggi antara 10 hingga 20 cm.
Tetapi genangan air cepat surut. Boleh jadi karena sistem drainase yang mulai baik atau puluhan petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) yang diterjunkan untuk membersihkan saluran seperti di Grogol Utara dan Bukit Duri.
Sikap tanggap aparat mengantisipasi segala kemungkinan, ketika hujan datang ini, patut mendapat apresiasi.
Yang perlu diantisipasi berikutnya adalah hujan susulan, hujan dengan intensitas tinggi yang diperkirakan terjadi awal tahun depan.
Kesiapan semua aparat dan jajaran Pemprov DKI beserta instansi terkait perlu lebih dimantapkan. Begitu pun koordinasi dalam pelaksanaannya.
Ini untuk menghindari, kemungkinan terjadinya saling tunjuk tugas dan kewenangan. Padahal pada situasi emergency, siapa pun yang berada di lapangan, lebih dekat, wajib bertindak tanpa berpedomanan kepada tugas dan tanggung jawab.
Menolong korban banjir, mengevakuasi masyarakat ke tempat yang lebih aman, siapa pun yang memiliki kesempatan dan kemampuan, bisa segera melakukannya,termasuk warga sekitar. Penanganan lebih lanjut , jika ada, baru disampaikan kepada instansi yang terkait.
Menangani banjir dan kemacetan di Jakarta, perlu keterlibatan semua pihak mengingat kompleksitas permasalahannya sangatlah luas begitu pun penyebabnya tak hanya karena persoalan yang terjadi di wilayah Jakarta.
Tak sedikit persoalan dari luar Jakarta, yang terkena imbasnya adalah Jakarta.
Kota Jakarta memang sudah sesak dan padat, sesesak dan sepadat permasalahan yang melingkupinya. Tak hanya kemacetan dan banjir, juga masalah ketenagakerjaan dan lingkungan sosial.
Untuk menyelesaikanya perlu diurai satu – satu, tak jarang melalui proses panjang.
Pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, Kaltim, merupakan satu di antara sekian program. Tujuan akhir, demi keseimbangan wilayah dan penduduknya. Belum lagi soal lingkungan sosial ekonomi.(*).