KEJUJURAN kadang harus dibayar mahal. Jito (30), dari Surabaya ini contohnya. Baru saja menjalankan “serangan umum” sebagai pengantin baru, langsung diusir oleh istrinya, Maya (27). Masalahnya, dengan jujur dia mengakui bahwa sudah pernah berhubungan intim dengan wanita lain. Kok sampai segitunya ya?
Orang jujur, berkata apa adanya, tidak cocok jadi politisi. Sebab politisi itu harus pintar bohong, mencla-mencle dan tak konsisten pendiriannya.
Maka anggota DPR macam Sophan Sopian dan Permadi SH, dulu pernah mundur dari DPR, gara-gara tak tahan berbohong jadi menu sehari-hari di Senayan. Tapi, bagi yang fleksibel, berani berbohong sesuai kebutuhan, ya, bertahan lama jadi wakil rakyat.
Ternyata, untuk menjadi Kepala Keluarga, seorang suami harus berani juga meniru politisi Senayan itu. Rupanya Jito tak bisa berbuat seperti itu. Dia ingin berkata sejujurnya pada istri, ingin berkata apa adanya.
Sebab, kata Pinokio, jika suka bicara bohong otomatis hidungnya akan memanjang dengan sendirinya. Makin banyak berbohong, jadilah dia seperti punakawan Petruk dalam kisah perwayangan.
Ceritanya belum lama ini Jito menikah dengan Maya, gadis pilihannya. Sebagaimana lazimnya pengantin baru, malam harinya mereka menggelar “serangan umum” non 1 Maret 1949.
Pertempuran itu seru sekali, Maya dibombardir habis-habisan dengan tembakan peluru dua belas koma tujuh, tapi PBB tak bisa berbuat apa-apa, apa lagi menyerukan gencatan senjata.
“Mas Jito kok sepertinya sudah pengalaman, ya?” tanya Maya setelah skor 1-0. Dengan terbata-bata sang suami mengakui sambil minta maaf bahwa dulu sudah pernah “serangan umum” juga bersama wanita lain.
Ternyata, pengakuan jujur suami itu menjadikan Maya kecewa, karena ternyata suaminya pernah melakukan agresi non militer sebelum dengan dirinya.
Kekecewaan itu semakin mengkristal, yang kemudian menggumpal jadi sebuah kemarahan. Ternyata suaminya sudah bukan perjaka lagi, ternyata dirinya hanya dapat barang bekas.
Biar surat-surat komplit, jika sudah tangan kedua, manual lagi, harganya pasti anjlog. Maka sambil menangis Maya tanpa ampun mengusir suaminya malam itu juga, dan jangan balik lagi. “Cerai kataku!” ujar Maya.
Jito malam itu benar-benar mengemasi kopernya, lalu kembali ke rumah orangtua dengan sepeda motornya. Tentu saja mertua kaget, kenapa gerangan kok Jito langsung kabur dari kamar pengantin. Tapi begitu Maya memberi penjelasan, sang ibu malah terdiam sambil manggut-manggut macam Pak Harto.
Hari berikutnya pasangan Jito-Maya mendaftarkan gugatan cerai ke Pengadilan Agama Surabaya. Majelis hakim pun terheran-heran, make up pengantin di wajah Maya saja belum hilang, kok sudah mau bercerai.
Sudah ikut sertifikasi pranikah belum? (JPNN/Gunarso TS)