MENGERUK sumber alam untuk kekayaan pribadi adalah kelakuan pejabat kita, sejak era Orba, Orla, zaman Reformasi, hingga kini. Jual murah migas, menggundulkan hutan, dan jual bibit lobster, mengizinan kapal asing untuk mengeruk hasil laut, adalah contoh bagaimana pejabat kita banyak yang tamak menjual konsesi hasil alam untuk mensejahterakan diri.
Memilih politisi yang sudah kaya agar tidak korupsi bukan jaminan. Karena keserakahan tak ada batasnya.
Mantan menteri Kelautan Susi Pudjiastuti adalah pengusaha produk kelautan dan pebisnis maskapai, yang peduli pada sumber daya alam, antara lain, dengan menjaga keberlanjutan sumber daya lobster. Sebagai SDA laut yang terbarukan (renewable), lobster mudah diakses dan ditangkap sehingga eksploitasi secara masif harus dilarang, terutama benihnya.
“Sebelum tahun 2000-an lobster ukuran kurang dari 100 gram di Pangandaran dan sekitarnya pada musim hujan bisa 3-5 ton per hari. Sekarang 100 kilogram per hari saja tidak ada,” tulis Susi.
Kondisi serupa juga terjadi di tempat-tempat lain seperti Pelabuhan Ratu, Pantai Yogya Selatan, hingga Sumatra bagian Barat. Artinya, kata dia, lobster telah berkurang banyak.
“Australia, India, Kuba, dll yang ada ‘Panulirus Hommarus’ (salah satu spesies lobster) mereka tidak ambil bibitnya, mereka ambil size tertentu saja. Australia minimal 1 pound dan maksimal size juga diatur. Yang besar bisa jadi indukan yang produktif. Mereka tidak budidayakan bibit, tidak ekspor bibit. Apakah karena mrk lebih bodoh dari kita? ” kata Susi.
Godaan cukong membayar mahal membuat pejabat gampang mengubah aturan
dan pro cukong, dengan bermacam dalih. Konon Susi ditawari Rp.5 triliun supaya mengubah kebijakannya menenggelamkan kapal. Kini kebijakan itu ditinjau oleh penggantinya.
Ada wacana agar kapal tak usah ditenggelamkan, tapi dibagikan kepada nelayan. Dan kita tahu – dulu kapal yang sudah diberikan ke nelayan dibeli lagi oleh pemilik awalnya. Dan pengerukan laut Indonesia berulang.
Cukong cukong pengeruk kekayaan laut, hutan, membayar politisi, LSM, dan pembentuk opini di berbagai media untuk mengembalikan ke rezim lama, dan pejabat yang berwenang kini membiarkan alam dikeruk untuk kesejahteraan para elite, dengan harga yang sangat murah.
Indonesia mengapa tak semaju Vietnam, Malaysia dan Singapura? Itulah antara lain alasannya. Pejabatnya gampang disogok dengan bermacam dalih. (dimas)