PERTAMINA itu ibarat pohon minyak banyak rayapnya. Dulu rayap bernama Petral sudah dibasmi, tapi rayap yang lain masih bercokol. Mereka ini menghambat pembangunan kilang, sehingga Presiden Jokowi jengkel dibuatnya. Ironisnya, selain banyak rayap, Pertamina juga punya piutang Rp70 triliun yang susah ditagih.
Rayap dalam arti sebenarnya, tidak suka minyak. Karenanya orang bangun rumah, baloknya suka dilumuri olie atau residu. Tapi rayap kepala hitam dan pakai dasi, itu demen banget sama minyak, jutaan barel juga diembatnya. Dan mereka ini telah membuat Pertamina menggik menthol susah berkembang.
Species rayap bernama Petral sudah berhasil dibasmi Presiden Jokowi, sehingga negara bisa menghemat pengeluaran Rp 250 miliar sehari. Tapi rayap-rayap jenis lain, ternyata susah disemprot dengan pestisida apapun. Rayap ini mampu menggagalkan pemerintah bangun banyak kilang, karena bikin rejeki mereka mampet.
Baru saja Presiden Jokowi mengungkap kejengkelannya. Sejak mulai menjabat di periode pertamanya, sudah menugaskan Pertamina untuk bikin 5 kilang minyak. Tapi rayap-rayap di Pertamina melarangnya dengan berbagai alasan. Jika ditanya presiden jawab Pertamina nggah-nggih ra kepanggih (diiyain saja). Itu karena para rayap lebih berkuasa.
Walhasil, sampai satu periode pemerintahan selesai, 5 kilang itu hanya wacana. Presiden sudah tahu siapa rayapnya, ternyata dia bagian dari kementrian itu sendiri. Rupanya menteri itu orang kuat juga, sehingga Presiden Jokowi selaku “petugas partai” baru berani cerita sekarang setelah menterinya nggak dipakai lagi.
Jokowi sekarang menugaskan Ahok untuk membenahi Pertamina, karena dia sosok pemberani. Tapi Said Didu yang sudah katam akan jeroan Kementrian BUMN, masih meragukan keberanian Ahok. Mantan Sekretaris Menteri BUMN itu menantang Ahok, berani tidak menagih piutang Pertamina kepada Menteri Keuangan, yang jumlahnya bertriliun-triliun.
Seingat Said Didu piutang Pertamina di pemerintah dan TNI mencapai Rp 70 triliun, di mana sebagai BUMN penugasan Pertamina harus “nalangi” dulu sampai Rp41,6 triliun. Tapi sampai sekarang belum dibayar juga. Padahal bila uang itu kembali, bisa digunakan untuk mengembangkan proyek kilang dan memperbaiki kas perusahaan.
Kasihan juga Pertamina, selain dikerubuti rayap ternyata banyak juga uang miliknya yang mengendap karena diutang pihak lain. Padahal penikmat utang itu selalu merasa, ketika dapat utangan seperti dapat lotre, begitu membayar seperti dirampok. (gunarso ts)