SEBAGAI praktisi selingkuh Pak Guru Murad, 40, gede juga nyalinya. Dulu sudah pernah digerebek istri gara-gara ngeloni Ny. Anita, 36. Tapi tak kapok juga. Beberapa hari lalu kembali digerebek bini di rumah kos-kosan, dengan wanita yang dulu juga. Tak ampun lagi, Anita minta suaminya diproses hukum.
Punya WIL itu enak ngkali ya? Buktinya di mana-mana selalu ada praktisinya, sehingga kolom ini tak pernah kehabisan bahan. Tapi agaknya para pelaku sewaktu anak-anak suka nyolong mangga tetangga, sehingga jadi kebiasaan. Kata anak pencuri mangga, mangga colongan itu lebih nikmat ketimbang beli sendiri. Sebab ada sensasi di sana, ada rasa deg-degan, takut ketahuan Pak Raden.
Ternyata kelakuan guru Murad dari Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, juga seperti itu. Dia membandingkan istrinya tak jauh beda dengan buah mangga. Biar bolehnya beli di minimarket, ditanggung manis dan resmi, Murad kurang berselera. Tapi giliran dengan mangga colongan bernama Sinta, 28, tiap hari maunya dibuat rujakan.
Berkeluarga dengan Anita, Murad sebetulnya sudah bahagia. Beberapa anak telah lahir sebagai bukti hasil kerjasama nirlaba. Tapi beberapa bulan lalu dia berkenalan dengan Sinta, yang kecantiannya biasa saja. Ibarat mobil masih standar, velg-nya belum racing, belum power windo juga tidak power stering.
Tapi karena barang baru, dan kebetulan Sinta juga sudah punya suami, ini justru sangat menantang bagi Pak Guru Murad. Lagi-lagi harus membandingkan kembali ke hobinya masa bocah, suka nyolong buah milik tetangga. Dimakan sendirian, tanpa ditemani Unyil dan Ucrit, rasanya sungguh lezat.
Demikianlah, Murad sering makan mangga Sinta, bisa di rumah kos-kosan, bisa di hotel. Entah sudah berapa kali makan, tahu-tahu digerebek oleh istri sendiri, Anita. Ampun-ampun dah dia minta maaf pada istri, sampai cium kaki segala. Dia minta jangan dilaporkan ke polisi, karena bisa habis kariernya sebagai guru. “Aku nanti nggak dapat tunjangan sertifikasi, Ma,” kata Murad merajuk.
Istri pun luluh, sehingga kelakuan suaminya sebagai praktisi selingkuh perdana itu dimaafkan. Tapi dia juga sempat menasihati Sinta, agar jangan lagi mengganggu suami orang. Malah Anita sempat membandingkan WIL suami itu dengan Sinta wayang kulit. Meski banyak lelaki yang menggandrungi, tapi dia tak pernah sampai bertekuk lutut dan berbuka paha, pada Dasamuka sekalipun.
Sejak tertangkap basah, Murad kembali menjadi kepala rumahtangga yang baik nan alim. Tapi ternyata itu hanya sementara. Sebulan berselang, kembali dia berhubungan dengan Sinta. Ini terlacak dari kontak HP-nya, bahkan ada rencana pertemuan di rumah kos-kosan. Maka diam-diam Anita menguntit suaminya itu. Sepulang mengajar seharusnya pulang, tapi sepeda motornya mengarah ke Kedamin Hulu.
Ternyata kembali ke rumah Sinta. Anita segera melapor Satpol PP minta bantuan penggerebekan. Awalnya yang masuk petugas. Pada Satpol PP itu Murad masih bisa beralasan, itu sekedar teman, tak ada hubungan apa-apa, apa lagi kelamin. Tapi begitu Anita muncul, langsung Murad seperti kerupuk disiram sayur. Dia tak bisa menolak ketika ditenteng ke dalam mobil, dibawa ke kantor Satpol PP.
Kali ini tak ampun lagi. Anita ingin membawa kasus ini ke jalur hukum. Dia sudah tak peduli lagi akan resiko di belakang. Suami mau dipecat kek, tak dapat sertifikasi lagi kek, sebodo amat! Yang penting dia sudah males punya suami yang doyan selingkuh. “Katanya sudah tobat, kok nambah lagi,” ujar Anita.
Itu namanya tobat tomat, tobat kembali kumat. (gunarso ts)