LIBUR panjang Natal 2019 dan Tahun Baru 2020 (Nataru) bersamaan dengan libur anak sekolah, sebagian warga Jakarta ‘eksodus’ ke luar kota. Diprediksi, tahun ini sekitar 16,4 juta warga Ibukota bakal melakukan perjalanan mengisi libur Nataru. Jumlah ini turun sekitar 0,18 persen dibanding tahun 2018.
PT Jasa Marga perkirakan ada sekitar 4,7 juta kendaraan akan bergerak mudik dan balik pada libur Nataru tahun ini. Jumlah ini naik 22 persen dari lalu lintas normal, atau naik 5,3 persen dari lalu lintas Tahun 2018. Kepadatan lalu lintas diperkirakan mulai terjadi hari ini, Jumat (20/12/2019) dan puncaknya pada Selasa (24/12/2019). Sedangkan puncak arus balik diprediksi dimulai Minggu 29 Desember hingga Selasa 31 Desember 2019.
Rute tetap yang setiap tahun selalu dipadati kendaraan adalah arah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur serta Sumatera via pelabuhan penyeberangan Merak, Cilegon.
Pemerintah optimistis libur Nataru tahun ini akan lebih lancar dibanding tahun-tahun sebelumnya. Menyusul telah dioperasikannya Tol Layang Cikampek, Tol Trans-Jawa serta Tol Lampung.
Angkutan umum juga telah siap membawa pemudik Nataru, dengan jumlah 50.317 unit bus AKP, 228 kapal Ro-Ro, 404 unit kereta api, 1.293 unit kapal laut, serta 495 unit pesawat. Kementerian Perhubungan menyatakan telah menyusun rencana berbagai operasi. Mulai dari manajemen dan rekayasa lalu lintas, pembatasan angkutan barang, pengaturan pada kawasan pasar tumpah, menempatkan petugas pada perlintasan sebidang, rute sepeda motor, dan kebijakan lainnya.
Meski pemerintah mengklaim manajemen lalu lintas mulai dari aspek pelayanan hingga aspek keamanan dipastikan siap, namun antisipasi tetap harus dilakukan. Semua stakeholder dituntut menyiapkan skenario sejak jauh hari sesuai porsi tugas masing-masing. Kementerian Perhubungan, Polri, Kementerian PUPR, Pertamina dalam hal penyediaan BBM, BPJT (Badan Pengelola Jalan Tol) serta instansi lainnya tidak boleh lengah.
Kemacetan lalu lintas bisa terjadi tiba-tiba bila tidak cepat diantisipasi. Karena dalam waktu bersamaan jutaan kendaraan bergerak keluar Jakarta. Bukan tidak mungkin jalan tol macet bila semua pemudik memilih tidak melewati jalur alternatif. Itu sebabnya diperlukan langkah cepat menangani situasi.
Layanan dan jemput bola di pintu tol, pemberlakuan contra flow, penembahan pintu tol, cepat mengalihkan kendaraan keluar di pintu tol, koordinasi antara petugas dan pantauan kepadataan kendaraan harus dilakukan sejak dari hulu. Selain itu sosialisasikan kondisi lalu lintas setiap saat lewat radio maupun media sosial supaya pengendara mobil pribadi bisa cepat mengambil keputusan memilih jalur alternatif. Jangan sampai horor kemacetan terjadi. **