LIBUR panjang Natal 2019 dan Tahun Baru 2020 serta liburan anak sekolah, jutaan warga Ibukota meninggalkan Jakarta. Sekitar 16 juta warga ‘eksodus’ menuju kampung halaman, atau mengisi liburan ke luar kota, 60 persen di antaranya penduduk Jakarta dan Jawa Barat. Banyak rumah yang ditinggal pergi pemiliknya, jalan raya lebih lengang, Jakarta pun jadi ‘tidak normal’.
Dalam kondisi Jakarta tidak normal, ancaman gangguan kamtibmas bisa muncul di manapun dan kapanpun. Operasi Lilin 2019 digelar Polri bersama TNI dan instansi lainnya untuk mengantisipasi ganguan kamtibmas, menjaga keamanan dan kenyamanan warga baik yang mudik maupun warga yang tidak bepergian ke luar kota. Ada 12 ancaman yang diantisipasi aparat keamanan selama kegiatan Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Meliputi aksi terorisme, kejahatan konvensional, kemacetan lalin, kecelakaan transportasi, sweeping dan potensi gangguan lainnya. Aparat keamanan disebar ke titik-titik rawan, seperti di rumah ibadah, pusat perbelanjaan, stasiun, terminal serta di titik-titik kemacetan lalu lintas.
Memelihara kamtibmas, yidak bisa hanya dibebankan di pundak oleh aparat keamanan. Melain juga menjadi tanggung jawab seluruh komponen masyarakat. Peran serta masyarakat justru sangat penting. Terutama mengantisipasi kejahatan konvensional baik di tempat umum maupun di lokasi permukiman.
Di Ibukota, terdapat 44 kecamatan, 267 kelurahan dengan dengan sekitar 2.709 RW serta sekitar 30.246 ribu RT. Apabila tiap RT ada satu warga aktif dalam kegiatan pemolisian dalam wadah pokdar kamtibmas, jadi mata dan telinga polisi, maka tugas kepolisian dalam menjaga keamanan akan lebih ringan. Mengingat jumlah personel kepolisian sangat terbatas untuk menjaga semua sudut Jakarta.
Dalam situasi Jakarta ditinggal sebagian penduduknya, ancaman kriminalitas menjadi lebih nyata. Pelaku kejahatan mengincar rumah-rumah yang ditinggal pemiliknya, serta kendaraan di tempat parkir. Itu sebabnya warga dituntut peduli terhadap lingkungan. Selain menjadi polisi bagi diri sendiri, juga menjadi polisi di lingkungannya.
Human awarrenes atau kesadaran manusia, adalah modal utama memelihara keamanan. Warga menjadi ujung tombak keamanan, menangkal segala bentuk kejahatan. Salah satu caranya, aktifkan kembali siskamling dan terus berkoordinasi dengan kepolisian. Kota Jakarta aman dan nyaman, bisa terwujud apabila semua elemen masyarakat peduli terhadap kamtibmas. **