PERSOALAN sampah Jakarta belakangan ini mencuat dan menjadi perbincangan hangat, bahkan menyeret-nyeret nama Tri Rismaharini, Walikota Surabaya. Sampah Ibukota dan penanganannya menjadi sorotan anggota DPRD DKI yang melakukan studi banding ke Surabaya.
Polemik muncul ketika Bastari Barus, Ketua Fraksi Partai Nasdem melontarkan kritik panas soal pengelolaan sampah di Jakarta. Dia bahkan mengundang Risma ke Jakarta untuk membereskan persoalan sampah di Ibukota. Publik memaknai sindiran ini sebagai sinyal memboyong Risma maju pada Pilgub DKI tahun 2022.
Sindiran ini juga jelas membuat panas telinga Gubernur DKI Anies Baswedan. Ibarat pantun bersahut, Anies membalas sentilan tersebut. Anies justru menyebut sindiran tersebut ditujukan untuk gubernur-gubernur sebelumnya. Karena bertahun-tahun persoalan sampah di Jakarta memang tidak pernah selesai.
Gubernur boleh berganti, tapi persoalan sampah di Jakarta hingga kini belum tuntas juga. Di era Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), kisruh sampah juga beberapa kali muncul. Ahok berseteru dengan DPRD Bekasi dan dua pengelola TPST Bantar Gebang yaitu PT Godang Tua Jaya (GTJ) dan PT Navigat Organic Energi Indonesia (NOEI).
Sampah memang menjadi salah satu persoalan krusial di Ibukota. Tercatat setiap hari produksi sampah di Jakarta setiap hari mencapai 6.000 hingga 7.000 ton, dan sampai kini masih mengandalkan TPST Bantar Gebang Bekasi sebagai lokasi pembuangan. Sampai kini pula DKI belum memiliki fasilitas pengolahan sampah atau atau intermediate treatment facility (ITF).
Gubernur Anies membeberkan, sedang menyelesaikan road map pengelolaan sampah, yang akan mengubah limbah rumah tangga menjadi energi. Proyek ini akan mengatasi persoalan sampah di Jakarta. Selain juga melakukan program pengolahan sampah menjadi energi di Bantar Gebang.
Soal sampah semestinya tidak perlu menuai polemik antara eksekutif dan legislatif. Apalagi ditarik-tarik ke ranah politik. Sebaliknya, eksekutif dan legislatif justru harus duduk bersama membahas penanganan sampah yang tak kunjung selesai. Jakarta adalah rumah bersama, hingga semua persoalan harus diurai secara bersama. Karena itu, stop dan akhiri polemik sampah. **