SUKABUMI – Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) menunjukkan fakta terkait “bangunnya” Sesar Citarik yang diduga menjadi pemicu gempa-gempa kecil di wilayah Palabuhanratu, Cisolok, Cikakak di Kabupaten Sukabumi selama beberapa hari terakhir.
Mengejutkan, BMKG mencatat, 11 hari terakhir, 10 hingga 21 Agustus 2019 mulai pukul 09:17 WIB terjadi 72 kali gempa dengan magnitudo di bawah -5 yang berpusat di Barat daya Sukabumi.
Gempa dengan titik lokasi sekitar bagian atas Palabuhanratu atau Cisolok berbatasan dengan Provinsi Banten di bawah Gunung Salak.
Menurut Kepala Pusdalops BPBD Kabupaten Sukabumi, Daeng Sutisna mencatat rilis BKMG, gempa ini termasuk kategori swarm yaitu gempa dengan frekuensi sangat tinggi dalam waktu lama, kekuatan relatif kecil, dangkal dan tidak ada mainshock atau gempa utama.
Sesar Citarik membentang berarah utara timur laut – selatan barat daya memotong Jawa – Barat melalui Pelabuhanratu, Bogor, Bekasi. Aktivitas sesar ini paling tidak sejak tektonik Miosen Tengah dan sampai sekarang masih aktif.
Pada periode tektonik Miosen Tengah, sesar ini sebagai sesar trantensional, namun sejak Plio-Plistosen sampai Resen sesar ini berkembang sebagai sesar mendatar mengiri.
Sesar Citarik yang aktif ini dapat menimbulkan gempa bumi, sehingga sesar ini harus diperhitungkan dalam perencanaan pengembangan infrastruktur di wilayah Sukabumi dan sekitarnya.
“Masyarakat di wilayah sekitar pusat gempa Sesar Citarik diharap tenang dan waspada, tidak terpengaruh isu-isu yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Tetap monitoring informasi dari BMKG, institusi yang berwenang mencatat dan menganalisa kejadian gempabumi di Indonesia,” tulis BMKG. (sule/tri)