Thursday, 05 December 2019

Kekeringan, Warga 2 Kecamatan di Kabupaten Bekasi Berharap Sumbangan Air Bersih

Rabu, 21 Agustus 2019 — 17:52 WIB
Antrean warga yang mengisi air di Desa Ridogalih. (saban)

Antrean warga yang mengisi air di Desa Ridogalih. (saban)

JAKARTA – Warga di dua kecamatan wilayah tenggara Kabupaten Bekasi, yakni di Kecamatan Bojongmangu dan Cibarusah, hampir setiap hari mneunggu kebaikan orang yang mendermakan air bersih. Kekeringan di tempat ini terjadi sejak sekitar empat bulan lalu.

“Yang sekarang bisa kami lakukan hanya membuat sumur di dasar sungai,” ujar Komarudin, Kepala Desa Ridogalih, Kecamatan Cibarusah, Rabu (21/08/2019). Namun begitu ia mengaku tetap sangat membutuhkan air bersih.

Beberapa warga memang masih memanfaatkan air Sungai Cipamingkis yang berwarna hijau dan sedikit keruh. Mereka juga membuat sumur di dasar Sungai Cipamingkis untuk memperoleh air untuk mencuci dan urusan minuman ternak.

Ada tiga desa di wilayah kecamatan Cibarusah yakni Sirnajati, Ridomanah, Ridogalih yang ‘menderita’ musibah tahunan kekeringan saat musim kemarau. “Belum ada solusi jangka panjang untuk mengatasai masalah ini,” tambahnya. Dia

Ia juga menyebutkan kemungkinan hal itu teratasi bila jaringan PDAM sudah masuk ke desa Ridogalih. “Mudah-mudahan cepat masuk,” katanya.

Seperti yang diharapkan Kades Ridogalih, sejumlah perusahaan yang ada di Kabupaten Bekasi, pada peringatan kemerdekaan membuka bakti sosial dengan memberi bantuan air bersih ke desa-desa yang dilanda kekeringan.

Seperti yang dilakukan satu perusahaan swasta melalui serikat pekerjanya, Rabu (21/8/2019). Ada dua tangki air bersih dikirim ke Desa Ridogalih, Kecamatan Cibarusah. Di sana, 20 ribu liter air bersih akan didistribusikan menggunakan truk tanki.

Erik Setiawan dari Karang Taruna Desa Ridogalih menuturkan, sumur-sumur warga mulai jarang mengeluarkan air terhitung awal Ramadan 2019. Desa Ridogalih dan desa-desa lain di Cibarusah tak lagi diguyur hujan yang mengakibatkan sumur kering.

“Di sini, warga mengandalkan sumur bor atau kubangan untuk menampung air hujan. Sekarang kondisinya sudah kering. Bahkan ada usaha menggali sumur menggunakan bor yang sudah sampai 14 meter, tapi belum menghasilkan apapun,” jelas Erik.

Kini, warga hanya dapat berharap hujan segera turun agar kesulitan air bersih dapat teratasi. Jika tidak, warga akan tetap bertahan dengan mengandalkan air kotor dari genangan sungai yang jaraknya cukup jauh dari permukiman warga.

Selain dari genangan air di sungai, warga Ridogalih sekarang hanya harus membeli air bersih untuk kebutuhan sehari-hari dengan harga yang cukup mahal. Per hari, pengeluaran warga untuk air sekitar Rp35 ribu sampai Rp50 ribu. Selain itu, bantuan air seperti dari perorangan dan perusahaan Tank menjadi harapan warga. (saban/yp)