Thursday, 05 December 2019

Ridwan Marhid: Seni Bisa Bersahabat dengan Teknologi

Rabu, 21 Agustus 2019 — 9:03 WIB
Ridwan Marhid, Ketua DKB Kota Bekasi.

Ridwan Marhid, Ketua DKB Kota Bekasi.

BERGELUT  dalam dunia seni seringkali membutuhkan keluasan hati. Terlebih di masa kini, dimana ada anggapan kesenian tradisional  seakan semakin terdesak dengan perkembangan teknologi.

“Sebenarnya, teknologi tidaklah  menggusur karya seni. Sebab seni itu indah dan bisa ‘bersahabat’ dengan teknologi,” kata Ridwan Marhid, Ketua Dewan Kesenian Kota Bekasi.

Menurutnya, kesenian selalu disukai setiap orang. Karena pada dasarnya keindahan itu disukai semua orang juga. Hanya bagaimana cara pandang orang ini yang sering berbeda.

Ridwan mencontohkan seni animasi yang bisa dengan erat berkait dengan teknologi. Seni animasi ini menjadi lebih indah dengan kecanggihan tekhnologi.

Hanya saja memang, seni tradisional butuh perhatian khusus untuk lebih mempertahankannya. Semisal kesenian tari topeng atau juga seni wayang kulit misalnya. Penggemar seni tradisonal ini semakin sedikit penggemarnya. Meskipun selalu saja masih ada.

Wayang kulit asli Bekasi misalnya sering kalah pamor dengan layar tancap. Banyak masyarakat lebih memilih layar tancap atau organ tunggal karena alasan lebih praktis dan murah secara material.

Di Kota Bekasi, upaya DKB  dilakukan dengan pengenalan kepada generasi muda atau anak-anak. Saat ini ada gedung kesenian di Bojongmenteng, di dekat Situ Rawa Gede, Rawalumbu. Meski pemanfaatannya masih kurang.

“Kami sudah mencoba dengan memberi bahan kertas dan tulis, kemudian meminta anak anak yang hobi melukis menggambar objek saat berkunjung ke situ. Pengenalan semacam ini diakui butuh upaya berlanjut,” katanya.

KEPEDULIAN

Hanya memang diakui butuh kepedulian pemerintah dalam hal ini Dispora, yang aktif memberikan ruang bagi generasi seperti ini. Jadi bukan hanyan seni yang bersifat kontemporer namun juga seni tradisonal.

“Jangan hanya yang mengarah kepada show sejenak yang diperhatikan dan melupakan pembinaan berkelanjutan,” katanya.

Ridwan yang juga pensiunan PNS sebagai pengawas pendidikan ini masih optimis jika seni itu akan bisa bertahan dan berkembang dengan pembinaan berkelanjutan. Seperti upaya DKB yang belum lama ini mengadakan napak tilas budaya yang diikuti budayawan Bekasi.

Napak tilas dilakukan dari Bekasi sampai Muaragembong, dimana para seniman menggambarkan tempat bersejarah yang dikunjungi dengan skets. (chotim/fs)