JAKARTA – Harapan warga Cipedak, Jagakarsa, Jakarta Selatan memiliki taman yang memiliki fasilitas umum seperti jogging track, tempat bermain anak pupus. Pasalnya, pembangunan waduk yang akan digunakan sebagai pengendali banjir yang digagas sejak Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi) tepatnya tahun 2014 silam mangkrak.
Lebih menyedihkan lagi, Waduk Brigif yang senyatanya akan dibangun wisata air kini rusak parah, bahkan menjadi gubangan bebek. Tidak hanya itu kondisinya saat ini juga penuh sampah, air waduk kian menyusut hingga berupa kubangan berair keruh.
Seperti yang diungkapkan oleh Untung, 45 salah seorang warga Cipedak, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Menurutnya, buruknya kondisi waduk yang berlokasi di Jalan Aselih, Cipedak, Jagakarsa, Jakarta Selatan, memang terjadi sejak 2014 lalu yakni saat era Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta.
“Memang pada saat itu waduk ini akan dibangun yang memiliki fasilitas seperti jogging track, teman bermain anak dan sekaligus pengendali banjir. Tapi saat ini kondisinya sangat memprihatinkan, waduk yang semula rata dengan aliran Kali Cipedak itu kini memiliki topografi tanah yang berundak tidak teratur,” terang Untung, Rabu (29/8/2019).
Selain itu sisi muka waduk di Jalan Aselih, tanahnya menurun hingga sekitar satu meter ke arah tengah. Permukaan tanah yang bergelombang itu pun terlihat menggunung pada sisi kiri dan kanan waduk.
Mirip perbukitan, permukaan tanah naik sekitar dua hingga tiga meter dari sepadan waduk. Terlebih pada permukaan tanah yang berdampingan dengan permukiman anggota marinir yang terletak di sisi utara waduk, tepatnya RT 16/10 Cipedak.
“Saat ini permukaan tanah yang semula rata kini berundak, sejajar dengan lahan permukiman. Padahal sebelumnya, permukiman yang diketahui masuk dalam trase Waduk Brigif itu hendak dibebaskan dan digali untuk perluasan waduk,” tambahnya.
Lebih memprihatinkan lagi, surutnya air dan berbukitnya permukaan tanah hingga menyebabkan penyempitan waduk. Oleh warga saat ini lokasi tersebut menjadi tempat pembuangan sampah liar, seperti kasur, sampah rumah tangga dan sempah lainnya.
“Setiap hari puluhan bebek berkumpul dan bermain air di waduk yang kini hanya memiliki luas sekitar 4.000 meter persegi. Selain beberapa anak juga terlihat bermain di sisi waduk berbukit, bersamaan dengan sejumlah warga yang tengah memancing ikan,”imbuhnya.
Buruknya kondisi waduk juga terlihat pada sisi sebaliknya, yakni Jalan Raisan RT 03/01 Cipedak. Waduk yang memiliki luas 10,3 hektar itu kini dangkal dan dipenuhi tanaman air seperti kangkung hingga eceng gondok.
Keluhan yang sama juga disampaikan oleh Ujang,40, warga lainnya. Menurutnya memang janji Gubernur DKI Jakarta sejak era Joko Widodo, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok hingga bergulir kepada Anies Rasyid Baswedan untuk menata Waduk Brigif. Namun, entah kenapa sampai saat ini tidak kunjung terlaksana.
“Padahal, pemerintah bakal membangun taman lengkap dengan fasilitas umum seperti jogging track, tempat bermain anak, selain waduk sebagai pengendali banjir. Tapi kondisinya kayak sekarang, malah ancur,” ungkap Ujang.
Padahal saat penggusuran dilakukan oleh Jokowi, tepatnya pada Kamis (24/4/2014) silam, puluhan empang dan gubuk milik warga dihancurkan tiga buah becho amphibi berukuran besar tanpa sosialisasi sebelumnya. Warga diceritakannya menanggung kerugian hingga puluhan juta rupiah.
“Tapi setelah dirusak justru nggak dibangun dibuarkan mangkrak. Padalah kalo dulu dijadiin empang itu kan jadi usaha orang, orang juga bisa mancing di sini. Nggak kayak sekarang, mangkrak,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Suku Dinas (Kasudin) Sumber Daya Air Jakarta Selatan, Robet mengarakan, kalau pembangunan revitalisasi Waduk Brigif berada di Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta. Sehingga pihaknya tidak dapat berbuat banyak.
“Untuk penataan Waduk Brigif itu dilakukan oleh Dinas Sumber Daya Air, begitu juga dengan pembebasan lahannya,” ungkap Robert. (wandi/win)