DEDIKASI Cucu Sumiati terhadap dunia pendidikan patut diacungi jempol. Perempuan warga Cijeruk Bogor tersebut tanpa kenal menyerah, mampu mendirikan SMP terbuka (SMP TB 911) di tengah keterbatasan ekonomi dan fasilitas yang dimilikinya.
Dengan semangat bahwa semua anak-anak termasuk mereka yang miskin harus mendapatkan pendidikan, Cucu akhirnya berhasil mengantar anak-anak kurang mampu di sekitar tempat tinggalnya dapat mengenyam pendidikan jenjang SMP.
“Hanya dengan ilmu maka nasib anak-anak miskin bisa berubah. Makanya mereka harus bisa sekolah bagaimanapun kondisinya,” kata Cucu.
Tak hanya menginisiasi berdirinya SMP TB 911, Cucu juga terjun menjadi salah satu pengajarnya. Meski setelah sang suami meninggal dunia kini sekolah tersebut harus dikelola seorang diri.
Cucu bercerita, SMP TB 911 ini dirintis sejak 21 September 2011 bersama dengan almarhum suaminya. Awal mula berdiri, ia bersama suami sekaligus juga menjadi guru.
Dalam perjalanan, sekolah ini terus berpindah pindah lokasi. Mulai dari menumpang gedung SDN yang ada di dekat SMP TB 911, menyewa gedung madrasah hingga akhirnya menggunakan halaman rumah untuk kegiatan belajar mengajar.
“Kami pernah menempati gedung SDN. Tetapi kemudian kami pindah setelah pihak SDN menolak dengan alasan akan direnovasi,” tutur Cucu.
SEWA GEDUNG MADRASAH
Agar pendidikan anak-anak ini terus berlanjut, Cucu kemudian menyewa gedung Madrasah. Namun kemudian pindah lagi karena gedung tidak layak huni. Sekolah SMP TB 911 kemudian pindah ke gedung Madrasah lain yang berdiri di tanah wakaf.
“Akan tetapi disini juga tidak bertahan lama, karena ada konflik antara keluarga yang memberikan tanah wakaf tersebut. Kami lalu pindah lagi,”kata Cucu.
Walau banyak tantangan lanjut Cucu, ia terus berupaya. Jenuh dengan terus berpindah-pindah, akhirnya sekarang siswa belajar di halaman depan dan belakang rumahnya di Jalan Sukabakti, Kampung Cijeruk, Rt 002/005, Desa Palasari, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor.
Cucu bercerita, ketika pertama merintis tahun 2011, sekolah SMP TB 911 tidak pernah mendapat perhatian dari instansi terkait baik Desa, Kecamatan hingga UPT Pendidikan.
Dalam posisi tidak mendapat perhatian dari pemerintah daerah, Cucu yang ingin anak didiknya mendapat legalitas resmi lalu menginduk ke SMPN 1 Cijeruk.
“Ijasah anak didik saya terbitan dari SMPN 1 Cijeruk,” kata Cucu sambil menambahkan, dari 65 siswa yang diajarnya dengan fasilitas minim, ia tidak memungut biaya alias gratis. (yopi/fs)