MENJADI polisi tidak mengenal suka maupun duka. Pengabdian, pelayanan dan, pengayoman ke masyarakat adalah paling utama. Tak ada isitilah suka duka. Pekerjaan polisi harus ikhlas, dijalani, dan dinikmati. Insya Allah, ditugaskan di mana saja, tak berat,” ujar Kompol Siswo.
Prinsip itu selalu ditanamkan di jiwanya.Tak heran lebih dari 28 tahun, Siswo menjadi insan Tribrata. Berkarir dari bawah dan mendapat pangkat komisaris polisi (kompol) melalui Sekolah Calon Perwira (Secapa), sebelum dipercaya menjadi kapolsek, dia banyak berkiprah di satuan lalu lintas. Setelah merai pangkat perwira pertama dia bertugas di Humas Polres Bekasi Kabupaten.
Dua tahun kemudian dipromosikan jadi Kapolsek Pebayuran lalu dirotasi menjadi Kapolsek ‘sampah’ Bantargebang hingga akhirnya dipercaya mengemban Kapolsek Tambun sejak awal 2018.
“Jabatan kapolsek itu, seperti halnya kapolri di tingkat kecamatan. Polsek, garda terdepan yang dijalankan kepolisian menjaga keamanan dan ketertiban,” tandasnya.
Nyamar Jadi Kenek
Selama menjadi jadi kapolsek, dia kerap turun ke lapangan bersama anggota memburu pelaku kejahatan. Seperti saat menjadi Kapolsek Bantargebang dia bersama anak buahnya menyamar sebagai kenek truk. Sejunmlah awak truk material ke sejumlah proyek perumahan di Bantargebang dipalak. “Bila tak dikasih, preman-preman itu memecahkan kaca truk atau disuruh balik arah.” kenangnya.
Berpakaian preman, Siswo duduk di sebelah sopir. Saat truk mendekat, sejumlah ‘jagoan kampung’ menghentikan kendaraan muatan material lalu memberikan kupon retribusi ke sopir senilai Rp25.000. “Kupon itu isinya minta sumbangan buat perbaikan jalan, nyata hanya kedok,”katanya.
Saat sopir memberikan uang, dia bersama anak buahnya yang sembunyi di bak truk turun lalu menangkapi segerombolan pemuda itu. “Mereka kaget, ternyata kenek truk kapolsek. Sejak itu tak ada lagi sopir truk dipalak,” ucapnya tertawa. Selama menjabat wilayah ’sampah’ ini dia dinobatkan sebagai kapolsek terbaik Polda Metro Jaya pada 2015 silam.
Tantangan
Kini Kompol Siswo dipercaya menjadi Kapolsek Tambun. Ada tantangan tersendiri di wilayah yang meliputi Kecamatan Tambun Utara dan Tambun Selatan. Terdapat delapan desa di Tambun Utara dan di Tambun Selatan, sembilan desa. “Kedua kecamatan ini punya karakteritis berbeda, penduduknya heterogen sehingga pendekatan dan penanganan Kamtibmasnya juga berbeda,” ujarnya.
Premanisme dan kejahatan jalanan adalah dua kasus yang paling menonjol. Meminimilisir tindak kriminal ini, dia rutin menyambangi kompleks warga atau mejelis taklim mengkampanyekan menghindari bahayanya dua jenis kejahatan. Sering kali korbannya dilukai hingga nyawanya melayang. Kegiatan rutin ini dia lakukan, sebagai langkah awal sebelum disibukkan dengan pekerjaan lainnya.
“Saya tak pernah bosan mengingatkan, kejahatan muncul, karena niat dan kesempatan. Tutup semua peluang pelaku kriminal yang mau berbuat jahat. Salah satunya selalu waspada dan tak membawa atau mengenakan barang mahal dan banyak,” imbuh bapak tiga anak ini. (saban/iw)