POLITIK itu cair, saking cairnya, kini air bisa menyatu dengan minyak tanah. Ini perumpamaan masuknya Prabowo Ketum Gerindra menjadi Menteri Pertahanan kabinet Jokowi. Tak urung kabinet rekonsiliasi ini menjadikan Prabowo dibenci baik lawan maupun kawan. Jangankan relawan Jokowi, Rocky Gerung sendiri kini juga membenci.
Hingga Selasa sore kemarin, sudah terpanggil ke Istana Negara calon menteri sebanyak 34 orang. Ada yang gugur karena pernah jadi saksi di KPK (Tetty Paruntu), ada pula yang muncul dua kali, ternyata diplot jadi Jubir Istana (Fajrul Rachman). Calon menteri itu banyak wajah baru, tapi juga tak sedikit muka lama.
Karena penunjukkan menteri itu hak prerogratif presiden, publik tak memasalahkan siapapun yang ditunjuk Jokowi. Tapi begitu Prabowo unclug-unclug (melenggang) ke Istana dengan berkostum hitam-putih, publik pun mengernyitkan dahi. Ternyata benar, dia memang diajak masuk kabinet. Dan maha benar isyu itu, karena Prabowo memang diplot menjadi Menteri Pertahanan sebagaimana keinginannya.
Gara-gara dia mau diajak bergabung ke Kabinet Kerja-II, para “kecebong” dan “kampret” di jagad maya pun terbelah. Pendukung Jokowi di medsos ada yang bisa memahami, begitulah resiko kabinet rekonsiliasi. Minyak tanah dipaksa bisa menyatu dengan air. Tapi banyak juga yang tetap tak bisa memahami, bahkan menganggap masuknya Prabowo jadi ancaman.
Sebaliknya pendukung Prabowo sendiri seperti PA 212, jadi membencinya, karena merasa ditinggalkan dan dikhianati. Dibela mati-matian, eh….ujung-ujungnya mau bergabung karena diiming-imingi kekuasaan. Tapi jangankan PA 212, Rocky Gerung yang selama ini mendukung Prabowo pun, kini menganggapnya mantan Capres 02 itu sebagai sampah.
Prabowo sendiri masuk kabinet Jokowi bukannya tanpa beban. Tapi demi kemajuan Indonesia ke depan, dia siap melakukannya. Beban itu antara lain, bakal diolok-olok publik. Misalnya dulu pernah menyerang Menkeu Sri Mulyani sebagai menteri pencetak utang, kok sekarang kok malah berjalan seiring di belakang Jokowi.
Tapi begitulah politik, kawan bisa jadi lawan, lawan bisa jadi kawan. Tak ada yang abadi, karena yang abadi adalah kepentingan itu sendiri. Dalam politik tak ada yang tidak masuk akal. Yang mustakhil pun bisa terjadi. Makanya bisa saja nanti Prabowo – Sri Mulyani duduk satu meja dalam sidang cabinet.
Tinggal kita tunggu saja gebrakan Prabowo nanti. Benarkah dia sebagai Menteri Pertahanan akan mampu menjadikan Indonesia macan di Asia. Atau macannya tetap saja RRC, dan kita sekedar jadi dombanya belaka? Bayangkan, domba ketemu macan, apa jadinya? (gunarso ts)